Founder Ellen May Institute sekaligus analis Ellen May mengatakan berbagai emiten konsumer berorientasi ekspor mulai 'naik daun' pada masa pelonggaran lockdown di beberapa negara.
Best Profit
Salah satunya, PT Mayora Indah Tbk yang memiliki prospek cerah. Pasalnya, 30 persen dari porsi penjualan perusahaan berasal dari penjualan di luar negeri.
Ellen menyebut investor dapat memaksimalkan kesempatan cuan dengan mengoleksi emiten konsumer itu di level tertinggi 2.310. Namun, ia menyarankan investor untuk membatasi risiko jika emiten turun menyentuh level 2.100. Bestprofit
Ia memperkirakan emiten dengan kode MYOR dapat naik hingga ke posisi 2.500 hingga 2.600. Saat posisi tersebut, ia menyarankan investor untuk ambil untung."Kami referensikan pembelian MYOR untuk swing trading dengan pembelian maksimal di 2.310 sebanyak maksimal 5 persen dari modal swing trading. Jual jika harga turun dari 2.100 untuk pembatasan risiko dengan perkiraan ambil untung di kisaran 2.500-2.600," katanya seperti dikutip dari risetnya pada Senin (22/6). PT Bestprofit
Sebagai informasi, MYOR mencatatkan penjualan bersih di kuartal I 2020 sebesar Rp5,3 triliun atau turun 10,55 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Penurunan penjualan berasal anjloknya ekspor perseroan sebesar 32,15 persen secara tahunan. PT Bestprofit Futures
Sementara, penjualan domestik masih bertumbuh di kisaran 3,76 persen secara tahunan. MYOR sempat terpukul hebat akibat kebijakan lockdown di berbagai negara Asia yang menjadi tujuan utama eskpor emiten.
"Terlebih lagi secara tren kuartal IV menjadi momentum penjualan MYOR dengan menyumbang rata-rata 40 persen dari penjualan setahun," imbuhnya.
Sebesar 94,45 persen dari penjualan ekspor MYOR berasal dari kontribusi penjualan di negara Asia. Di lain sisi, Ellen meramal penjualan domestik MYOR juga akan mengalami perbaikan di kuartal III 2020 seiring dengan kebijakan tatanan normal baru (new normal).
Ellen melanjutkan, dengan kebijakan berbagai negara melonggarkan lockdown, dampak positif akan dirasakan oleh berbagai emiten konsumer berorientasi ekspor pada kuartal II 2020.
Selain MYOR, emiten berorientasi ekspor yang juga dapat dijadikan pilihan investor yaitu PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau yang lebih dikenal dengan Sritex.
Penjualan ekspor SRIL yang sempat tergerus pada kuartal I 2020 berpotensi bangkit. Selama kuartal I 2020, penjualan eskpor di Arab Saudi dan Afrika anjlok 9,9 persen dan di regional Asia turun 5,6 persen secara tahunan.
Penjualan ekspor SRIL yang sempat tergerus pada kuartal I 2020 berpotensi bangkit. Selama kuartal I 2020, penjualan eskpor di Arab Saudi dan Afrika anjlok 9,9 persen dan di regional Asia turun 5,6 persen secara tahunan.
Sementara penjualan di Eropa juga menurun sebesar 4 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pada kuartal I 2020, penjualan SRIL turun 1 persen secara tahunan. Sekretaris SRIL Welly Salam menyebut penurunan dikarenakan penundaan pesanan dari beberapa pembeli di luar negeri akibat kebijakan lockdown.
Dengan pelonggaran lockdown, ia berharap penjualan ekspor akan mengalami peningkatan. Welly menyebut penjualan APD dan masker non-medis menjadi sumber penghasilan perusahaan selama pendapatan dari sisi ekspor tergerus.
Dengan pelonggaran lockdown, ia berharap penjualan ekspor akan mengalami peningkatan. Welly menyebut penjualan APD dan masker non-medis menjadi sumber penghasilan perusahaan selama pendapatan dari sisi ekspor tergerus.
Melansir RTI Infokom, SRIL dihargai Rp193 per saham atau turun 2,03 persen pada penutupan perdagangan Senin (22/6). Namun, selama sepekan terakhir SRIL membukukan pertumbuhan sebesar 6,63 persen sementara selama sebulan terakhir, emiten tumbuh sebesar 30,41 persen.