PT BESTPROFIT - Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinaspersip) Jawa Tengah mendorong
kantor- kantor desa agar menyediakan ruang khusus untuk dijadikan
Perpustakaan Desa. Sebab, kehadiran perpustakaan bukan hanya menumbuhkan
budaya literasi, tapi juga menjadi tempat pemberdayaan masyarakat
sekitar. BESTPROFIT
Hal itu disampaikan perwakilan Dinaspersip Jateng, Titik Rahajoe,
usai menyerahkan bantuan dua Rak Buku dan 1000 Judul Buku di acara
deklarasi Desa Damai di Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan,
Kabupaten Klaten, Rabu (1/11). BEST PROFIT
"Perpustakaan Desa Nglinggi ini terhitung sudah berkembang. Selain
ada yang mengelola, juga memiliki ruangan sendiri serta bermanfaat untuk
community development. Kami berharap desa-desa lain juga mengikuti Desa
Nglinggi," ujar Titik. BESTPROFIT FUTURES
Mengingat hal itu, pihaknya menyalurkan 1.000 judul buku dengan
berbagai disiplin ilmu maupun genre fiksi. Selain itu, judul buku yang
diberikan juga mencakup bacaan tentang ketrampilan, hobi, hingga
menjalankan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Maka bantuan ini bukan hanya untuk meningkatkan daya baca. Tapi juga
membuka pengetahuan. Barangkali usai rampung membaca, masyarakat
tertarik untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat secara ekonomi.
Karena Perpustakaan Desa itu pondasi awal pendidikan sekaligus
mengentaskan kemiskinan," papar Titik.
Hal senada juga disampaikan pengelola Perpustakaan Desa Nglinggi,
Liza Yuvita Sikku. Ia menyebut, siapa saja boleh datang, membaca, dan
meminjam buku-buku di perpustakaan bernama Ngudi Kawruh yang saat ini
memiliki koleksi 1.700 judul buku.
"Sebenarnya sudah berdiri sejak 2014 dan mati suri. Buku- bukunya
hanya ditaruh di aula kantor desa. Kemudian Juni tahun ini mulai
menggeliat sehingga diberikan dua ruangan, termasuk ruang komputer,"
ujarnya.
Dalam perjalanannya, Perpustakaan Ngudi Kawruh juga menjadi tempat
community development untuk karang taruna maupun ibu- ibu PKK setempat.
Sebab kantor Desa Nglinggi dilengkapi layanan fasilitas wifi gratis.
Sehingga dimanfaatkan untuk melatih anak- anak SD hingga ibu- ibu rumah
tangga belajar TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).
"Di Nglinggi juga ada komunitas Jepret (pecinta fotografi). Selain
mengelola website desa, kami juga ingin bikin film pendek, video
tutorial untuk ditayangkan di Youtube. Kemudian mulai tahun depan kita
juga mau membuat parodi review novel. Otomatis anak- anak yang memainkan
pasti harus merampungkan bacaannya. Sehingga aktivitas karang taruna
bisa hidup dan menekan laju urbanisasi," papar perempuan yang pernah
mengenyam kuliah broadcasting ini.