Kabar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bakal kembali ke politik bikin geger perpolitikan nasional. Jika jadi ke PDIP, maka perjalanan politik Ahok berpindah partai semakin panjang.
Kabar Ahok bakal gabung PDIP disampaikan oleh sahabatnya yang pernah mendampinginya memimpin DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. Kabar mengejutkan ini sontak jadi kontroversi.
"Bapak-bapak sekalian, di Jakarta masih banyak Ahokers, betul enggak? (Betul) saya ketemu sama Pak Ahok, dia bilang, 'Mas, tolong pendukung-pendukung kita itu, kalau bisa jangan golput. Kalau bisa pilih Pak Jokowi. Di samping itu, dia harusnya memilih PDI Perjuangan'," kata Djarot, menirukan pesan Ahok saat konsolidasi PDIP di kantor DPC PDIP Sleman, Yogyakarta, Senin (25/11/2018). BESTPROFIT
Tak hanya menyampaikan niat Ahok ke PDIP, Djarot juga mengungkap alasannya. Ia menyebut Ahok kagum dengan keberanian PDIP terdepan kala ada yang melawan pancasila dan membela kala Ahok dalam posisi sulit.
"Ketika dia dihajar seperti itu di Jakarta, saya juga dihajar seperti itu, yang paling berani membela, menunjukkan sikapnya adalah kader-kader PDI Perjuangan, utamanya wabilkhusus dari Daerah Istimewa Yogyakarta datang juga ke Jakarta," begitu cerita eks Wagub DKI Jakarta itu.
Jika Ahok jadi bergabung PDIP, maka ini jadi partai keempatnya. Posisi Ahok sendiri saat ini sedang menjalani masa tahanan selama 2 tahun di Mako Brimob. Jika hitung-hitungan 2 tahun, Ahok akan bebas pada Mei 2019. Dia divonis pada 9 Mei 2017.
Penahanan terkait kasus penistaan agama itu menghentikan sementara perjalanan politik Ahok yang bermula di Belitung Timur pada tahun 2004 silam. Kala itu Ahok bergabung dengan Perhimpunan Indonesia Baru (PIB), menjabat Ketua DPC Partai PIB. Dengan kendaraan PIB, ia mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif dan terpilih jadi anggota DPRD Belitung Timur periode 2004-2009.
Ahok tak lama duduk di DPRD Belitung Timur, pada tahun 2005 ia maju Pilkada Belitung Timur. Ahok yang berduet dengan Khairul Effendi terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Belitung Timur. Tak sampai menyelesaikan masa baktinya, pada tahun 2007 Ahok mengundurkan diri dan maju dalam Pilgub Bangka Belitung, namun kali ini ia gagal.
Gagal di Pilgub Bangka Belitung, Ahok kembali maju sebagai caleg dan terpilih jadi anggota DPR RI pada tahun 2009, kali ini ia berkendaraan Partai Golkar. Ia pun duduk di Komisi II DPR, sampai kemudian mengundurkan diri menjelang Pilgub DKI 2012.
Menjelang Pilgub DKI 2012, dinamika politik yang sangat liar mengantar Ahok menjadi cawagub pendamping Joko Widodo (Jokowi). Jelang Pilgub DKI, Ahok mengundurkan diri dari Golkar dan maju diusung oleh PDIP dan Gerindra. Singkat cerita Jokowi-Ahok menang Pilgub DKI.
Di kemudian hari Jokowi maju Pilpres 2014 berpasangan dengan Jusuf Kalla. Karier politik Ahok makin meroket dengan menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia kemudian didampingi Djarot Saiful Hidayat sebagai wagub DKI. Di tengah jalan terjadi dinamika politik yang membuat Ahok akhirnya mundur dari Gerindra.
Ahok-Djarot kemudian melanjutkan langkah politik berpasangan di Pilgub DKI 2017. Ahok-Djarot kali ini didukung oleh PDIP, Nasdem, Golkar dan Hanura. Panasnya suhu politik memuncak mendekati penghujung tahun 2016. Sampai kemudian dalam sebuah kunjungan ke Kepulauan Seribu Ahok menyinggung tentang surat Al Maidah. Setelah itu Ahok dilaporkan atas dugaan penistaan agama.
Setelah melalui proses hukum yang sangat panjang, akhirnya pada Selasa (9/5/2017) sidang vonis digelar. Dalam putusannya, hakim menyatakan Ahok terbukti bersalah melakukan penodaan agama karena pernyataan soal Surat Al Maidah 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
"Menyatakan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan penodaan agama," kata hakim ketua Dwiarso Budi Santiarto membacakan amar putusan dalam sidang Ahok di auditorium Kementan, Jl RM Harsono, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2017).
Setelah sempat tertahan di Mako Brimob, apakah PDIP akan jadi hidup politik baru buat Ahok?