Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memimpin pemerintahan lebih dari empat tahun. Sejak awal memerintah, Jokowi terus fokus untuk melakukan pembangunan infrastruktur, khususnya jalan tol hingga sekarang ini. PT BESTPROFIT
Berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR yang dirangkum detikFinance akhir 2018, total panjang jalan tol yang sudah dioperasikan pada periode Oktober 2014-Oktober 2018 mencapai 423,17 km. BEST PROFIT
Saat ini, pemerintah pun sudah menyambungkan Jakarta-Surabaya dengan jalan tol, atau biasa disebut proyek Trans Jawa. Selain itu, proyek Tol Trans Sumatera juga sedang digenjot pemerintah saat ini. BESTPROFIT
Pembangunan jalan tol memang memberikan banyak manfaat. Mulai dari logistik, hingga menghidupkan sektor-sektor ekonomi yang dilewati jalan tol itu sendiri. Namun, sudah cukupkah pemerintah membangun jalan tol? Bagaimana dengan nasib kereta api yang seharusnya menjadi transportasi massal?
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai, seharusnya pemerintah sudah cukup membangun jalan tol. Dia bilang, pemerintah seharusnya bisa berhenti membangun jalan tol yang tak terlalu dibutuhkan.
"Bangun tol sudah oke lah, tapi yang nggak perlu ya nggak usah. (Seperti tol) Solo-Yogyakarta, ada Tasik-Cilacap, Cilacap-Yogyakarta, sekarang yang jalur selatan saja belum maksimal udah mau dibangun tol lagi. Cukup yang ada sekarang. Sudah berhenti," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Senin (21/1/2019).
Menurut Djoko, pemerintahan yang dipimpin Jokowi harus mulai fokus untuk membangun transportasi massal seperti kereta api. Sebab, pembangunan proyek kereta api tak banyak ditonjolkan oleh pemerintah. Khususnya kereta api jarak jauh.
"(Contoh mau bangun) Tol Bawen menuju Yogyakarta, itu memaksa. Padahal Bawen-Yogyakarta dengan jalur kereta itu sudah bisa dan murah. Jadi sekarang memang harus kereta," katanya.
Lebih dari itu, Djoko mengatakan, pemerintah seharusnya bisa meniru pembangunan negara-negara maju seperti China atau Jepang. Di mana, negara-negara maju lebih mengutamakan pembangunan transportasi massal seperti kereta.
"Kalau China, Jepang itu mereka lebih mengutamakan public transport seperti kereta. Kereta mereka tinggi. Jadi memang harus kereta dahulu," tuturnya.