Investor miliarder legendaris George Soros mengkhawatirkan bakal terjadi krisis keuangan berskala besar tahun ini, khususnya di Uni Eropa. PT BESTPROFIT
Dikutip CNN, Rabu (30/5/2018), Soros menyampaikan itu pada pertemuan tahunan Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, di Paris, Selasa (29/5/2018). BESTPROFIT
Dia menyoroti, pertama, bahwa sentimen anti-Uni Eropa meningkat, lalu terjadi gangguan terhadap kesepakatan Iran, serta melonjaknya dolar AS. Selain itu, investor pun cenderung menarik modal dari pasar negara berkembang. Hal ini menambah catatan negatif untuk ekonomi global. BEST PROFIT
"Kami mungkin menuju krisis keuangan besar lainnya," katanya.
Dia juga menyesalkan fakta bahwa sejak 2008, program penghematan Uni Eropa justru membantu mengarahkan pada krisis. Hal ini memicu gerakan anti-Uni Eropa.
"Banyak anak muda hari ini menganggap Uni Eropa sebagai musuh yang telah merampas mereka dari pekerjaan dan masa depan yang aman dan menjanjikan. Politisi populis mengeksploitasi kebencian dan membentuk partai-partai dan gerakan-gerakan anti-Eropa," jelasnya.
Soros juga khawatir tentang fakta bahwa ada kesenjangan yang berkembang antara Eropa dan Amerika Serikat (AS) terkait Iran.
Soros mengatakan keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mundur secara sepihak dari perjanjian senjata nuklir dengan Iran secara efektif menghancurkan aliansi transatlantik.
Dirinya memprediksi penghentian kesepakatan dengan Iran pasti akan berefek negatif pada ekonomi Eropa.
Tetapi Soros menyampaikan masih ada harapan dari pasar global lain, dan bencana ekonomi dapat dihindari.
Dia pun terus menekankan bahwa masalah ekonomi akhirnya akan membuat anggota Uni Eropa malah semakin kuat, namun butuh waktu untuk itu. Menurutnya Uni Eropa juga perlu berbenah.
"Perlu mengubah dirinya menjadi sebuah asosiasi yang diinginkan negara-negara seperti Inggris untuk bergabung," tambahnya.
Tetapi Soros menyampaikan masih ada harapan dari pasar global lain, dan bencana ekonomi dapat dihindari.
Dia pun terus menekankan bahwa masalah ekonomi akhirnya akan membuat anggota Uni Eropa malah semakin kuat, namun butuh waktu untuk itu. Menurutnya Uni Eropa juga perlu berbenah.
"Perlu mengubah dirinya menjadi sebuah asosiasi yang diinginkan negara-negara seperti Inggris untuk bergabung," tambahnya.