Layanan financial technology (fintech) sistem pembayaran kini juga sedang berkembang di Indonesia. Ada dua pemain raksasa seperti GoPay dan OVO yang kini menguasai pasar di Indonesia. Dua layanan ini digemari oleh masyarakat yang menginginkan kemudahan dalam bertransaksi pembayaran.
Partner, McKinsey Indonesia, Guillaume de Gantes menjelaskan saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai beralih ke layanan digital sebagai solusi keuangan mereka.
Di Indonesia sendiri peredaran uang tunai juga sangat tinggi, namun kini penduduk Indonesia juga sudah mulai menggunakan uang elektronik berbasis server untuk pengganti uang tunai. Namun kartu debit dan kredit juga masih terlihat ada pertumbuhan.
"Ada dua solusi pembayaran yang muncul seperti OVO dan GoPay. Jika mereka terus memimpin (pasar uang elektronik) maka akan mempermudah penyebaran layanan di wilayah lain," ujar Gantes di kantor McKinsey, Senin (11/2/2019).
Pasalnya, saat ini OVO dan GoPay masih gencar digunakan di Pulau Jawa. Dia menyebutkan memang pertumbuhan smartphone di Indonesia saat ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan jumlah rekening bank. Sehingga membuat pertumbuhan uang elektronik berbasis server bisa sangat cepat.
Gantes menjelaskan saat ini layanan keuangan digital non bank memang masih sekitar 5% jauh dibandingkan dengan China yang sudah menggunakan hingga 60%. Penggunaan layanan digital akan terus berkembang karena Indonesia masih berpotensi besar menjadi arena kolaborasi antara bank dan layanan fintech.
Dari riset McKinsey disebutkan saat ini layanan perbankan sedang bergeser ke digital. Bahkan nasabah juga sudah mulai memindahkan saldo mereka hingga 50% ke layanan digital.
Hal ini menunjukkan persaingan antara bank tradisional dengan layanan digital semakin ketat. Karena itu bank juga harus bersiap-siap dan menggunakan strategi baru untuk mempertahankan dan menggaet minat nasabah baru untuk tetap menggunakan layanan bank tradisional.