Elite Golkar dan PSI saling serang soal hasil survei tentang resistensi parpol dan kaitannya dengan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi). Sebenarnya, seperti apa hasil surveinya?
Survei yang dimaksud adalah survei Litbang Kompas tentang elektabilitas partai politik. Tak hanya elektabilitas, resistensi terhadap partai politik juga diukur. Litbang Kompas menyebut pertanyaan soal resistensi itu bukan semata-mata karena responden sudah memiliki pilihan lain tetapi sekaligus untuk menguji persepsi responden terhadap parpol.
Litbang Kompas menyatakan resistensi terbesar di kelompok partai baru dialami oleh PSI. Elektabilitas PSI hanya 0,9% namun resistensinya berada di angka 5,6%.
Berikut hasil lengkap survei terkait resistensi terhadap parpol:
PKB: 1,5%
Gerindra: 5,9%
PDIP: 13%
Golkar: 2%
NasDem: 1,2%
Garuda: 0,9%
Berkarya: 1,3%
PKS: 3,2%
Perindo: 1,9%
PPP: 0,5%
PSI: 5,6%
PAN: 1%
Hanura: 0,8%
PBB: 0,4%
PKPI: 1,9%
Survei digelar pada 22 Februari-5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95%.
Nah, hasil ini yang kemudian disoroti oleh elite Golkar, Andi Sinulingga. Menurutnya, angka resistensi yang besar terhadap PSI berimbas ke menurunnya elektabilitas Jokowi.
"Blunder PSI memberikan sumbangan pada turunnya elektabilitas Jokowi. Resistensi rakyat terhadap PSI tinggi sekali dan itu berpengaruh negarif pada Jokowi," kata Andi.
Ketua DPP PSI, Tsamara Amany, lalu membalasnya. "Blunder PSI memberikan sumbangan pada turunnya elektabilitas Jokowi. Resistensi rakyat terhadap PSI tinggi sekali dan itu berpengaruh negarif pada Jokowi," kata Tsamara.
Andi lalu kembali merespons. Menurutnya, politikus PSI masih seperti anak kecil sehingga tidak bisa membaca data survei itu.
"PSI itu sudah terasosiasi dengan Jokowi meski 'berkah' elektoralnya juga tidak ke mereka. Sementara buruknya persepsi publik atas PSI itu berpengaruh pada citra Jokowi. Itu yang mereka nggak paham-paham dan nggak bisa diberi pemahaman," ungkap Andi.