Jumat, 31 Mei 2019

Mudik ke Surabaya Via Tol, Hati-hati Lewat Ruas Ngawi-Kertosono


Ada yang harus diwaspadai saat pemudik melintas di tol Ngawi-Kertosono, baik dari arah Ngawi maupun sebaliknya. Ruas sepanjang 88 kilometer ini menjadi salah satu jalan yang paling sering terjadi kecelakaan lalu-lintas.
Dirut PT Jasa Marga Ngawi Kertosono Kediri, Iwan Moediatno mengungkapkan, ruas tol Ngawi-Kertosono menjadi titik lelah baik untuk perjalanan dari arah barat maupun timur.
"Karena kalau dari timur sudah terkuras di Semarang dan digenjot lagi di Solo, nah di Surabaya ke tempat kita. Kebetulan jalannya juga lurus, dan record kita, kita juara 1 dalam lalu-lintas kecelakaan. Kebanyakan tabrak belakang," kata Iwan di Surabaya, Selasa (28/5/2019). BESTPROFIT


Iwan menjelaskan, kecelakaan biasanya terjadi karena kesalahan dan ketidakhati-hatian pengemudi sendiri. Yang menjadi faktor penyebab kecelakaan paling banyak ialah soal kantuk dan lelah.

"Kesalahan pengemudi, ngantuk, lelah. Kemudian faktor kendaraan, ban, rem, itu juga menonjol. Terutama ban, itu seringkali meledak," ujarnya.

Untuk meminimalisir kecelakaan yang terjadi khususnya di musim mudik nanti, Iwan mengaku pihaknya telah menyiapkan sejumlah sarana keselamatan tambahan. Mulai dari penambahan rambu batas wilayah, rambu kecepatan, rambu menjelang rest area, hingga rambu awal masuk tol.


Selain itu, pemasangan rumble strip juga dilakukan di titik-titik sebelum rest area dan jalur utama.

"Untuk sarana keselamatan lainnya juga kita tambah warning light, LED biru, dan penambahan guardrail. Semoga ini agak ampuh ya," katanya.

Kamis, 30 Mei 2019

Jangan Sampai Klopp Hat-trick Kegagalan di Final Liga Champions

Juergen Klopp sudah dua kali merasakan final Liga Champions, dan dua kali merasakan pahitnya kegagalan. Jangan sampai dia hat-trick jadi runner up kompetisi paling elite tersebut.

Duel Tottenham Hotspur vs Liverpool akan menjadi final Liga Championsyang ketiga untuk Klopp. Dia sebelumnya sudah merasakan final bersama Liverpool dan Borussia Dortmund.
Tahun lalu Klopp dan The Reds dibuat tak berdaya oleh Real Madrid. Dalam laga final yang diwarnai cedera Mohamed Salah dan blunder fatal Loris Karius, Liverpool tumbang 1-3.


Final Liga Champions pertama Klopp dia jalani bersama Dortmund, pada tahun 2003. Kala itu Dortmund takluk 1-2 di tangan Bayern Munich.
"Di Jerman kami punya istilah: 'hal-hal terbaik datang bertiga'. Saat melatih Mainz saya dua kali gagal promosi dan baru meraihnya di musim ketiga. Kami harap itu akan terulang di Liga Champions," ucap Klopp dalam wawancaranya dengan UEFA.

Final Liga Champions 2018/2019, yang mempertemukan Tottenham Hotspur vs Liverpool, akan dilangsungkan di Wanda Metropolitano, Minggu (2/6/2019) dinihari pukul 02.00 WIB.

Rabu, 29 Mei 2019

Adem Banget, Lihat Shandy Aulia Berhijab di Momen Bukber Keluarga


Shandy Aulia dibesarkan dalam keyakinan yang berbeda dengan tiga kakaknya. Tiga kakak Shandy Aulia diketahui beragama Islam.
Setiap bulan puasa, ada waktunya Shandy melewatkan waktu bersama ketiga kakaknya dan sang ayah. Begitu juga saat Natal, ketiga kakaknya yang muslim juga ikut menemani Shandy merayakan Natal.
"Father and Daughters. Setiap Tahun bulan puasa saya selalu ingin ada kebersamaan bersama papa dan kakak-kakak saya begitupun saat saya dan mama merayakan Natal perbedaan bukan suatu hambatan atau masalah bagi saya dan suami," tutur Shandy Aulia dilihat detikHOT, Selasa (28/5/2019).


"Kebersamaan berbuka puasa bersama dengan papa dan ketiga kakak saya," lanjutnya.
Kali ini, Shandy Aulia memberikan kejutan untuk sang ayah. Sebagai anak terakhir, Shandy tampil menggunakan hijab. Sang ayah pun sangat terkejut melihat tampilan Shandy Aulia.

"Saya memberikan surprise papa, anak paling kecilnya memakai kerudung saat hadir berbuka puasa bersama keluarga, saat papa lihat " Speechless katanya MasyaAllah " dan tetap menhargai dan menghormati bila ada perbedaan keyakinan dari kami sejak saya kecil perbedaan itu tidak ada tanpa membedakan cara berpakaian, cara beribadah dan Iman kepercayaan. Semua bagi saya di persatukan dengan " KASIH "," ungkap bintang film 'Eiffel I'm in Love' itu.

Selasa, 28 Mei 2019

Dolar AS Menguat Tipis ke Rp 14.354


Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah menguat cenderung stagnan. Mata uang Paman Sam pagi ini berada di posisi Rp 14.354. Kemarin dolar AS bergerak di Rp 14.345
Demikian dikutip dari data perdagangan Reuters, Selasa (28/5/2019). Dolar AS tercatat bergerak dari level 14.354 ke 14.376.
Dolar AS pada awal pekan ini terpantau 'menjinak' setelah 'mengamuk' cukup kuat sepanjang pekan lalu. Ditarik dalam lima hari terakhir, posisi dolar AS tercatat sempat menyentuh level Rp 14.558. BEST PROFIT


Menurut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo penguatan rupiah salah satunya didukung kontribusi dari para eksportir. Mereka banyak melakukan penjualan devisa hasil ekspor yang mendorong permintaan rupiah.

"Para eksportir juga semakin banyak jual devisa hasil ekspornya ke pasar valas. Terimakasih pada eksportir dan dunia keuangan yang turut jaga stabilitas nilai tukar rupiah," tambahnya. 

Senin, 27 Mei 2019

Waspada Titik Rawan Bencana dan Kecelakaan di Jalur Mudik Mojokerto

Mojokerto - Selain rawan kemacetan, sejumlah titik di jalur Mudik Lebaran Mojokerto juga rawan bencana alam dan kecelakaan. Oleh sebab itu, para pemudik diimbau selalu waspada saat melintasi jalur tersebut. PT BESTPROFIT

Kasatlantas Polres Mojokerto AKP Bobby Zulfikar mengatakan, terdapat 2 titik rawan kecelakaan lalu lintas di wilayah hukumnya. Salah satunya adalah Simpang 4 Kepindon di Jalan Raya RA Basuni, Kecamatan Sooko. Selama setahun, tercatat 7 korban kecelakaan tewas di titik itu.
"Karena kondisi jalan lebar dan lurus tanpa median jalan, kecepatan kendaraan cenderung tinggi. Serta banyak akses masuk ke gang-gang permukiman penduduk sehingga mobilitas penyeberang jalan tinggi," kata kasatlantas kepada detikcom saat dikonfirmasi, Senin (27/5/2019).
Titik rawan kecelakaan berikutnya berada di jalur Pacet, Kabupaten Mojokerto-Cangar, Kota Batu. Jalur wisata ini sekaligus menjadi jalur alternatif bagi para pemudik. Melalui jalur ini, waktu tempuh dari Batu atau Malang ke Mojokerto lebih singkat karena tanpa memutar melalui Gempol, Pasuruan.
"Namun, di jalur ini banyak terdapat tanjakan dan turunan curam yang sering kali mengakibatkan rem kendaraan blong," ujar Bobby.

Oleh sebab itu, para pemudik yang melalui jalur Pacet-Cangar diimbau tidak menggunakan sepeda motor atau mobil dengan sistem transmisi matic. Selain itu saat melalui turunan curam, para pemudik diimbau selalu menggunakan gigi satu agar sistem pengereman tidak terbakar.
"Kami juga meminta penambahan rambu-rambu ke dinas terkait, memasang papan imbuan rawan kecelakaan, patroli rutin, serta penjagaan dan pengaturan di jalur rawan kecelakaan," terang Bobby.

Jalur mudik rawan bencana alam, lanjut Bobby, juga terdapat di wilayah Kabupaten Mojokerto. Menurut dia, terdapat titik-titik rawan tanah longsor di jalur Pacet-Cangar dan Pacet-Trawas. Di sepanjang jalur ini, terdapat tebing yang kondisinya kritis.

"Kalau jalur rawan banjir di Jembatan Patung dan Jembatan Ketok, Jalan Brawijaya, Kecamatan Pungging. Karena saluran air kurang baik, jalan lebih rendah serta air sungai sering meluap," pungkasnya.

Jumat, 24 Mei 2019

Raut Ceria Anak Yatim Sabang dapat Uang Lebaran Rp 2 Juta/Orang


713 Anak yatim di Kota Sabang, Aceh mendapat santunan lebaran dari Pemerintah Kota (Pemkot) setempat. Setiap anak diberi uang lebaran sebesar Rp 2 juta.
"Kita harus memuliakan anak yatim sebagaimana anjuran Nabi Besar Muhammad SAW. Kita juga memperhatikan semua kebutuhan mereka termasuk biaya pendidikan," kata Wali Kota Sabang Nazaruddin dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (22/5/2019).
Penyerahan santunan untuk ratusan anak yatim itu digelar usai buka puasa pada Selasa (21/5) kemarin. Anak-anak yatim ini diundang untuk berbuka bersama pejabat di Pendopo Wali Kota Sabang.

Nazaruddin mengungkapkan, penyerahan santunan tersebut sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap anak yatim. Selain itu, juga untuk membantu mencukupi kebutuhan mereka menjelang dan saat Lebaran.

"Marilah kita berbagi kepada anak yatim, karena mereka bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah daerah semata. Tapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama setiap umat muslim," jelas Nazaruddin.

"Mereka harus kita bantu supaya kebahagiaan di Hari Raya Idul Fitri nanti dapat mereka rasakan sebagaimana yang kita rasakan," bebernya.

Nazaruddin juga mengajak masyarakat Kota Sabang untuk memperbanyak amal ibadah dan menyantuni anak yatim selama Ramadan. "Di bulan yang penuh rahmat ini sudah menjadi anjuran bagi umat Islam untuk berbagi dan berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan," ungkap Nazaruddin.

Kamis, 23 Mei 2019

Ini Bedanya Ramadhan di Turki, Jerman dan China


Ramadhan disambut umat Islam di dunia dengan berbagai kebiasaan yang berbeda. Berpuasa di Turki, Jerman dan China, punya keunikan masing-masing.
Selain memiliki nilai religius, puasa juga punya nilai kehangatan. Nilai religius sudah banyak disampaikan oleh para ustaz yaitu hukumnya wajib sebagaimana yang termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 183. Puasa memiliki nilai kehangatan, ini sangat terasa ketika kita menjalankannya di tanah air Indonesia.
Menjalankan ibadah puasa di Indonesia terasa sangat hangat karena di bulan ini ramai acara buka puasa bersama, reuni teman-teman sekolah, pedagang yang menjual takjil membanjiri jalan-jalan hingga waktu bersama keluarga juga lebih intens. Saya merasakan kehangatan itu sejak kecil. Indonesia yang secara geografis jauh dari tempat lahirnya Islam di negeri Arab tidak mau kalah dalam menjalankan nilai-nilai keislaman tersebut. Bahkan bisa dikatakan lebih damai, toleran dan antusias.


Puasa kali ini merupakan puasa keempat saya di tanah rantau. Tepatnya di Negeri Tirai Bambu, Tiongkok. Karena saat ini saya sedang menempuh studi Doktoral di Southwest University, Chongqing, Tiongkok. Tiga puasa pertama saya di tanah rantau yaitu dua kali di Turki dan satu kali di Jerman. Semuanya saya tempuh di masa-masa studi.

Setiap negara memiliki ciri khas dan menyimpan cerita unik tersendiri. Cerita unik saat di Turki dan Jerman sudah saya tulis di buku Jelajah Hidup Tanpa Batas, yang diterbitkan oleh Elex Media pada tahun 2018.

Puasa di Turki, Negeri Dua Benua

Ketika menjalankan dua kali puasa di Turki tahun 2013 dan 2014, saya merasa tidak terlalu sulit beradaptasi. Mungkin karena Turki dan Indonesia memiliki banyak kesamaan. Antara lain sama-sama berpenduduk mayoritas muslim. Masjid-masjid besar dengan seni arsitektur ala Mimar Sinan menghiasi keindahan negeri ini. Satu-satunya yang membuat saya sedikit kaget karena saat itu merupakan pengalaman pertama saya menjalankan puasa di tanah rantau.

Hal yang sangat membekas yaitu ketika menjalankan puasa di Kota Istanbul, Turki yaitu ketika ngabuburit dengan berjalan-jelan melintasi Selat Bosphorus. Selat yang membelah antara benua Eropa dan benua Asia, sambil melihat keindahan lanskap bekas pusat kota Kekhalifahan Islam terakhir, Khalifah Utsmaniyah.

Sepanjang perjalanan melintasi Bosphorus menggunakan Vapur (kapal feri) kita bisa melihat di sebelah kanan dan kiri seperti Blue Mosque, Aya Shopia, Topkapi Palace, Istana Dolmabahce dan Kiz Kulesi. Termasuk bangunan-bangunan modern yang semakin membuat kota yang memadukan modernitas dan tradisional ini sangat indah. Kemolekan pemandangan ini rasanya sulit ditandingi di belahan dunia manapun. Kebahagiaan semakin lengkap ketika ikut buka puasa bersama di area Blue Mosque hingga lanjut salat tarawih di masjid yang nama aslinya Sultan Ahmet Camii dan memiliki 6 menara tersebut.

Puasa di Jerman

Puasa ketiga saya jalankan di Jerman, tepatnya di Kota Braunschweig. Saya berada di kota tersebut ketika menempuh program exchange student di Technische Universitat Braunschweig. Meskipun kontras dari segi budaya dan populasi muslim, namun Jerman termasuk negara yang sangat toleran. Di Jerman tidak sulit untuk menjumpai masjid bahkan di beberapa kota masjidnya besar. Di Kota Braunschweig ada sekitar 5 masjid yang biasa digunakan untuk salat Jumat dan tarawih. Di dalam kampus pun ada satu ruangan yang disediakan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah salat. Seperti salat dzuhur dan ashar.

Salah satu hal unik yang saya rasakan saat Ramadhan di sana ialah dominasi masyarakat Turki di Jerman. Cara paling mudah untuk menikmati buka puasa halal yaitu dengan berbuka di restaurant Turki yang menjual makanan khas seperti kebab, borek, pide hingga kofte. Bahkan mereka terkejut ketika saya bisa bercakap menggunakan bahasa Turki hingga kadang diberikan diskon.

Maklum warga Turki banyak yang bekerja, menetap hingga berubah kewarganegaraan Jerman. Hal ini tidak lepas dari sejarah masa lampau pasca-Perang Dunia II, di mana Jerman sedang membangun negeri dan membutuhkan banyak pekerja. Turki salah satu negara yang mendukung masyarakatnya untuk bekerja di Jerman. Saat ini warga Jerman keturunan Turki ada yang berprofesi sebagai penjual makanan, pejabat pemerintah hingga pemain bola, seperti Mesut Ozil.

Puasa di Negeri Tirai Bambu


Puasa keempat saya tahun ini yaitu di Chongqing, Negeri Tirai Bambu Tiongkok. Puasa kali ini bertepatan dengan musim semi. Kami berpuasa sekitar 15 jam. Jadwal salat subuh sekitar 04.30 dan berbuka pukul 19.45 waktu setempat. Di masjid dekat asrama kami juga biasa diadakan acara buka puasa dan salat tarawih bersama. Jamaahnya mayoritas pelajar asing dari Indonesia, Mesir dan negara-negara muslim dari Afrika. Juga ada penduduk lokal yang beragama Islam.

Masjid Beibei memiliki mimbar seperti mimbar di masjid-masjid Indonesia pada umumnya, ukiran kaligrafi dan meja yang di atasnya berjejer Al Quran. Kami menjalankan ibadah tarawih dengan 20 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir. Penjelasan lebih panjang tentang puasa di Tiongkok, akan saya ulas lebih panjang di lain kesempatan. Insya Allah.

Terakhir, sebagaimana narasi yang tertulis di Buku Jelajah Hidup Tanpa Batas. Hikmah yang didapat ketika kita menjelajah dari satu tempat ke tempat lain, kita tidak hanya mencari eksistensi sambil memperbaiki masa depan diri sendiri. Lebih dari itu, semakin banyak tempat dan orang yang kita temui, semakin pahamlah kita bahwa ada beragam keunikan di dunia, berbagai sifat manusia dan warna-warni kebudayaan, yang membuat kita yakin bahwa di atas langit masih ada langit, dan keyakinan itu akan memperkaya perspektif kita dalam melihat perbedaan.

*) Budy Sugandi adalah PhD Candidate, Jurusan Education Leadership and Management, Southwest University, Chongqing, Tiongkok dia telah menyelesaikan Master di Turki dan Jerman, menjadi Wakil Katib Syuriah PCINU Tiongkok dan Komisi Pendidikan PPI Dunia.
*) Artikel ini terselenggara atas kerja sama detikcom dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia).