Semburan lumpur panas di Sidoarjo terjadi pada 29 Mei 2006. Aki bat semburan tersebut ratusan hektare tanah tenggelam. Warga dekat semburan pun pindah. Best Profit
Warga lalu merintis hidup dengan mencari nafkah bukan seperti apa yang dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah pemandu wisata lumpur Sidoarjo. Mereka merupakan warga korban lumpur Sidoarjo yang kehilangan mata pencaharian. Bestprofit
Namun saat COVID-19 menjadi pandemi, mereka tidak mendapatkan penghasilan. Karena jarang wisatawan lokal yang mendatangi lokasi wisata lumpur Sidoarjo. Sebelum pandemi mereka setiap hari bisa mendapatkan penghasilan, antara Rp 200 hingga Rp 250 ribu. PT Bestprofit
Namun di saat pandemi mereka hanya mendapatkan Rp 50 ribu sehari, atau bahkan tidak dapat uang sama sekali. Meski begitu mereka tetap stand by di lokasi wisata semburan lumpur Sidoarjo. Karena pekerjaan ini merupakan satu-satunya pekerjaan yang mereka bisa lakukan. PT Bestprofit Futures
"Sebelum pandemi penghasilan setiap harinya Rp 200 hingga Rp 250 ribu. Tapi saat ini sehari hanya mendapatkan Rp 50 ribu, bahkan selama lima hari tidak mendapatkan sama sekali. Anehnya sudah terpuruk seperti ini, juga tidak mendapat bantuan dampak COVID-19," kata Sumino (57), salah satu pemandu wisata di atas tanggul penahan lunpur, Kamis (3/6/2021).
Warga korban lumpur Sidoarjo yang menempati desa yang baru rata-rata tidak terdaftar untuk mendapatkan bantuan dampak COVID-19. Mereka sempat menanyakan ke perangkat desanya masing-masing, namun hasilnya nihil.
"Kami pernah menanyakan ke perangkat desa namun tidak ada hasilnya. Ya terpaksa harus menekuni menjadi pemandu wisata. Karena masih memiliki tanggungan menghidupi anak dan istri," tambah Sumino.
Hal yang sama juga disampaikan Sulastro (49), warga Desa Jatirejo. Sulastro mengaku dirinya kehilangan pekerjaan setelah Desa Jatirejo terendam lumpur. Jadilah dia pemandu wisata di lokasi semburan lumpur Sidoarjo.
"Awalnya penghasilan dari pemandu wisata, cukup lumayan bisa menghidupi keluarga. Tapi ketika muncul virus Corona, di lokasi wisata lumpur tidak ada pengunjung, akibatnya kita tidak dapat penghasilan," kata Sulastro
Awalnya warga korban lumpur yang menjadi pemandu wisata hampir 100 orang, yang menempati delapan titik. Namun saat pandemi ini tinggal 45 orang yang masih bertahan menjadi pemandu wisata. Selain menjadi pemandu wisata mereka sambil berjualan DVD yang menceritakan awal mulai munculnya semburan lumpur Sidoarjo.
"Jualan DVD lumpur Sidoarjo. Sekarang jarang pembelinya. Kami harap Pemkab Sidoarjo memperhatikan warga korban lumpur yang tidak mendapat bantuan dampak dari COVID-19," jelas Sulastro
"Momen peringatan 15 tahun semburan lumpur kemarin. Kami mengharapkan Bantuan dari Pemkab Sidoarjo dampak dari COVID-19," tandas Sulastro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar