PT BESTPROFIT Bersiaplah para investor ritel. Pemerintah bakal
menerbitkan surat utang syariah negara ritel atau sukuk negara ritel
(sukri) pekan depan.Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan
(Kemkeu) Suminto mengatakan, sukri seri SR-010 akan dipasarkan mulai
akhir Februari hingga pertengahan Maret mendatang. "Rencananya, masa
penawaran sukuk ritel mulai 21 Februari hingga 16 Maret 2018.
Namun, Suminto enggan menjelaskan lebih rinci mengenai target
indikatif penerbitan sukri tahun ini. Sebelumnya, Direktur Strategi dan
Portofolio Pembiayaan DJPPR Kemkeu Scenaider Siahaan sempat mengatakan,
target indikatif Sukri sekitar Rp 20 triliun. (
Harian KONTAN, 8 Januari 2018).Target
tersebut sama seperti sukri seri SR-009 yang dijual tahun lalu. Tapi
karena imbal hasil yang ditawarkan hanya 6,9%, penjualan seri tersebut
hanya mencapai 70,15% dari target indikatif atau hanya laku senilai Rp
14,03 triliun.
BEST PROFIT
Bisa jadi, nasib sukuk ritel kali ini sama dengan pendahulunya. Fund Manager Capital
Asset Management Desmon Silitonga memprediksi, tingkat imbalan yang
potensial untuk penawaran sukri tahun ini tidak jauh berbeda dengan
SR-009. "Potensi imbalannya sekitar 6,5%--6,9%," ujar dia.Tingkat imbal hasil tersebut masih relatif ideal mengingat durasi
peredaran sukri hanya tiga tahun.Rata-rata imbal hasil obligasi
pemerintah untuk tenor tiga tahun yang tercatat di Indonesia Bond
Pricing Agency per kemarin sebesar 5,59%.
Ariawan, Analis
Obligasi BNI Sekuritas juga menilai, tingkat kupon SR-010 tak akan
terlalu tinggi. "Dilihat dari perkembangan pasar, kemungkinan pemerintah
menawarkan imbal hasil yang tinggi cukup kecil," tutur dia.Pemerintah
juga perlu menggenjot investor ritel masuk ke surat berharga negara
(SBN). Merujuk data DJPPR, per 12 Februari 2018 jumlah kepemilikan
investor ritel di SBN hanya Rp 56,70 triliun. Persentase kepemilikan
investor ritel masih mini, cuma 2,69% dari total SBN beredar. "Apapun
kondisinya, pemerintah harus menyediakan instrumen obligasi untuk
investor ritel," ujar Ariawan.
BESTPROFIT
Sukri sebenarnya dapat menjadi diversifikasi instrumen bagi investor. Pasalnya, jumlah obligasi berbasis syariah masih minim. Namun
menurut Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, segmentasi
investor sukri yang mirip dengan deposito, membuat masyarakat masih
memilih deposito yang lebih populer. Selain itu, secara rata-rata, imbal
hasil yang diberikan deposito terlihat lebih tinggi. Padahal
pajak deposito juga lebih gendut ketimbang sukri yang hanya 15%.
"Pemerintah perlu sosialisasi mengenai pajak ini," jelas dia. PT BESTPROFIT FUTURES