Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membuat terobosan
untuk memajukan program penanggulangan terorisme di masa mendatang.
Lembaga ini pun menggagas pertemuan para mantan napi terorisme dengan
korban terorisme (penyintas). PT BESTPROFIT
Pertemuan bertajuk 'Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI' digelar 26-28 Februari di Hotel Borobudur Jakarta
Pusat. Langkah ini merupakan upaya BNPT agar mantan napiter dan
penyintas dapat difasilitasi sesuai nawacita Presiden Joko Widodo yaitu
menghadirkan negara kepada setiap elemen bangsa. BESTPROFIT
"Masukan dari peserta pastinya cukup beragam sehingga membutuhkan
kerjasama lintas sektoral terutama di bidang pendidikan, pemberdayaan
ekonomi dan kesehatan. Karena itu kami akan menghadirkan beberapa
menteri terkait di akhir acara ini," ujar Sestama BNPT, Mayjen R.
Gautama Wiranegara dalam keterangannya, Senin (27/2). BEST PROFIT
Khusus untuk penyintas, lanjut Gautama, pihaknya sangat paham bantuan
medis, rehabilitasi psikologi, psikososial, kompensasi serta dukungan
bagi keluarga yang meninggal dunia sangat dibutuhkan. Karena itu, BNPT
akan terus berupaya agar revisi UU Terorisme tidak hanya mengakomodasi
unsur penindakan dan pencegahan, namun juga mengakomodasi perspektif
para penyintas.
Gautama juga mengucapkan banyak terima kasih kepada organisasi
non-pemerintah yang sudah membantu perjuangan para penyintas. Karena
organisasi ini berperan penting dalam memastikan kebutuhan penyintas
telah benar-benar dipahami dan dikomunikasikan.
"Organisasi seperti ini harus didukung dalam mengadvokasi kebutuhan
korban. Saya memperhatikan terdapat berbagai organisasi yang sangat
peduli terhadap kebutuhan para korban. Mereka ada karena keprihatinan
terhadap berbagai aksi terorisme pasca-bom Bali, bom Kuningan, bom
Marriott, serangan Thamrin, Solo maupun serangan-serangan lainnya,"
tuturnya.
Mantan Direktur Kontra Separatis BIN ini menjelaskan, tak hanya
mantan napiter dan penyintas saja yang dihadirkan dalam acara 'Satukan
NKRI' ini. Pada puncak acara, BNPT menghadirkan beberapa menteri terkait
dan para pemimpin redaksi dari berbagai media nasional untuk memberikan
masukan dan saran terkait upaya penanggulangan terorisme.
"Maka dari itu melalui silaturahmi inilah, tiga pilar utama kegiatan
ini yakni mantan napiter, penyintas, dan media diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk menyampaikan saran-saran kepada pemerintah," tutur
jebolan Akademi Militer 1983 ini.
Lebih lanjut Sestama mengatakan, selama ini BNPT telah menghasilkan
berbagai kemajuan, yang salah satunya terkait bidang koordinasi dengan
36 kementerian/lembaga (K/L). Dan acara 'Satukan NKRI' ini adalah upaya
koordinasi tersebut. Koordinasi yang dilakukan mencakup bidang anggaran,
pendidikan, jaminan sosial dan lain sebagainya.
"Pada bidang anggaran, diharapkan bahwa masing-masing K/L terkait
dapat menyediakan anggaran khusus untuk pembinaan mantan napiter dan
penyintas," tuturnya.
Lalu pada bidang pendidikan, BNPT telah menggandeng Kementerian
Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Riset dan
Pendidikan Tinggi untuk merumuskan format pemberian dukungan beasiswa
dan pendidikan keagamaan dan wawasan kebangsaan sebagai bagian dari
pembinaan masyarakat.
"Di bidang pemenuhan kebutuhan sosial, BNPT bekerja sama dengan
Kementerian Sosial, Kementerian Usaha Kecil dan Menengah dalam penguatan
perekonomian, jaminan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Ini
semua merupakan tanda bahwa negara menjamin hak asasi manusia seluruh
elemen masyarakat terutama mantan napiter dan penyintas," jelasnya.
Acara 'Satukan NKRI' ini dihadiri sebanyak 124 mantan napiter dan 51
penyintas. Pada acara hari ini para peserta ini akan dibekali materi
motivasi dengan menghadirkan motivator dan psikolog, Nanang Kosim.
Selain itu acara ini juga diisi dengan Dialog Kebangsaan dengan
menghadirkan beberapa narasumber Nasarudin Umar (Imam Besar Masjid
Istiqlal), Ahmad Syafii Mufid (direktur INSEP) dan Yudi Latif (Ketua
Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila).