Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan hasil ekspor-impor dan neraca
perdagangan April 2018. Bulan lalu, ekspor tercatat US$ 14,47 miliar,
naik 9,01% dari posisi April 2017. PT BESTPROFIT
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan jika dibandingkan bulan Maret 2018 ada penurunan 7,19% nilai ekspor. BESTPROFIT
"Tapi kalau dibanding April 2017 ekspor masih naik 9,01%," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/5/2018). BEST PROFIT
Ia mengatakan, 92% ekspor kita adalah berasal dari ekspor non migas bisa
dilihat penurunan nilai impor 7,19% terjadi karena ada penurunan ekspor
baik migas maupun ekspor non migas.
Ekspor migas April 2018 mencapai US$ 1,19 miliar dan ekspor non-migas tercatat US$ 13,28 miliar.
"Untuk
ekspor migas di sana bulan April 2018 nilainya US$ 1,19 miliar kalau
dibanding dengan posisi ekspor migas Maret 2018 berarti terjadi
penurunan 11,32%. Kalau dilacak di sana ekspor gasnya meningkat tapi
nilai hasil minyak mentahnya alami penurunan," jelasnya.
Jadi
menurut Suhariyanto, penurunan ekspor non migas disebabkan karena hasil
penurunan minyak mentah. Sementara ekspor gasnya sebesar 4,36%.
"Ekspor
non migas turun 6,8% terjadi untuk penurunan industri pengolahan dan
pertambangan, ekspor hasil pertanian alami peningkatan," tambahnya.
Ia
menambahkan, selama Maret-April ada fluktuatif komoditas, baik migas
dan migas. Misalnya harga minyak Maret US$ 61,87 rata -rata, kemudian
April 2018 naik US$ 67,43 per barel.
"Ada beberapa komoditas non migas yang naik, aluminium, nikel dan,
cokelat, tapi ada juga komoditas non migas yang dari Maret ke April
seperti batu bara turun ini rata -rata," ungkapnya.
Dengan
situasi seperti itu, tambah Suhariyanto, harga komoditas ini akan
memberi pengaruh ke nilai ekspor dan impor selama April 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar