Saat covid-19 mulai terkendali dan China mulai membuka aktivitas ekonomi, sejumlah negara justru menerapkan lockdown (penguncian wilayah). Walhasil, pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia melambat, permintaan pada produk China pun menurun."Pertumbuhan ekspor rebound pada Maret dan April, bahkan ketika lockdown mulai berlaku di luar negeri, karena tumpukan pesanan yang menumpuk sementara pabrik-pabrik China tutup pada Februari," kata Julian Evans-Pritchard of Capital Economics dalam sebuah laporan baru-baru ini, dikutip dari AFP, Minggu (7/6).Berdasarkan Purchasing Managers Index (MI), tolak ukur aktivitas pabrik di China, masih menunjukkan tren penurunan tajam dalam ekspor.
Untuk mengatasi situasi ini, kota-kota di China menerapkan langkah untuk meningkatkan permintaan lokal. Menurut kantor berita Xinhua, ibu kota China, Beijing, menawarkan kupon senilai 12,2 miliar yuan atau sekitar Rp24 triliun untuk memacu konsumsi.Di sisi lain, surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat (AS) naik 3,7 persen jika dibandingkan tahun lalu menjadi US$27,9 miliar pada Mei.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar