Menteri Keuangan Sri Mulyani mengantisipasi gejolak arus modal keluar (capital outflow) pada 2021. Pemicunya adalah kemungkinan perubahan arah kebijakan moneter di sejumlah negara.
Best Profit
"Kebijakan moneter ini mungkin secara bertahap akan berubah, yang harus diantisipasi dan berpotensi menimbulkan gejolak arus modal keluar pada 2021," ujarnya dalam rapat paripurna DPR, Kamis (18/6). Bestprofit
Ani, panggilan akrabnya, menjelaskan banyak negara membutuhkan sumber pendanaan besar untuk membiayai stimulus ekonomi akibat covid-19. Ketatnya persaingan antar negara mencari pendanaan tersebut dapat mendorong peningkatan biaya pinjaman di pasar global. PT Bestprofit
Namun, tahun ini, tingginya biaya pinjaman dapat ditahan dengan kebijakan moneter di berbagai negara yang cenderung lunak dan ekspansif (quantitative easing/QE).
"Ini memerlukan pengelolaan kebijakan fiskal yang makin hati-hati dan pentingnya pelaksanaan program konsolidasi fiskal dan penyehatan kembali APBN," tutur Ani.Bentuknya, antara lain penurunan suku bunga dan menjaga likuiditas yang cukup. Namun, bendahara negara mengantisipasi jika arah kebijakan moneter itu berubah tahun depan, sehingga memicu arus modal asing keluar. PT Bestprofit Futures
Selain itu, mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini juga menyebut masih terdapat sejumlah risiko eksternal. Pertama, perang dagang dan persaingan geopolitik antara AS-China. Seperti diketahui, kedua negara tersebut mulai kembali bersitegang setelah sempat mereda pada akhir 2019 lalu.
Kedua, ia memprediksi fenomena new normal akibat covid-19 dapat memunculkan pola permintaan baru yang mempengaruhi perdagangan dunia ke depan. Kondisi new normal ini juga akan mempengaruhi kegiatan pariwisata yang merupakan penghasil devisa bagi Indonesia.
Dengan pertimbangan ketidakpastian tahun depan, ia mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan masih diliputi ketidakpastian."Pada dasarnya, pergerakan nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun domestik," imbuhnya.
Tahun depan, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi di rentang 4,5 persen hingga 5,5 persen dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF).
"Asumsi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 sebesar 4,5 persen-5,5 persen memang masih mengandung ketidakpastian," jelasnya.
Ani mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh konsumsi masyarakat, investasi, dan perdagangan internasional yang berangsur pulih. Dengan harapan, pukulan terberat akibat covid-19 mulai mereda dan tidak terjadi pukulan kedua (second wave).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar