Bank Indonesia (BI) mengungkapkan belum ada transaksi pembayaran kegiatan perdagangan antara Indonesia dan China yang menggunakan mata uang lokal masing-masing negara berupa yuan dan rupiah. Artinya, pembayaran transaksi dagang masih menggunakan dolar AS. Best Profit
Padahal, kedua negara melalui bank sentral masing-masing, yaitu BI dan People's Bank of China (PBC) sudah menyepakati pembayaran transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung menggunakan mata uang lokal kedua negara (Local Currency Settlement/LCS). Bestprofit
"Dengan China sejumlah langkah operasional sudah tahap final, tapi pada waktunya nanti akan saya update perkembangan lebih lanjut," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (17/12). PT Bestprofit
Kendati masih finalisasi dan belum ada transaksi pembayaran dengan yuan dan rupiah yang tercatat, namun Perry menekankan keputusan kedua bank sentral akan sangat bermanfaat di masa mendatang. Sebab, kerja sama bilateral ini bisa memperkuat hubungan bank sentral masing-masing negara di tingkat kawasan. PT Bestprofit Futures
Harapannya, kerja sama ini turut menggugah negara lain di kawasan agar bisa melakukan pembayaran transaksi dagang menggunakan mata uang lokalnya masing-masing. "Dengan demikian, semakin mengurangi ketergantungan pada dolar AS," ungkapnya.
Manfaat lain, kerja sama ini bisa membantu BI mempercepat pendalaman pasar keuangan. Target ini tertuang ada blue print pengembangan pasar uang 2025.
Sebelumnya, BI dan PBC sudah meneken kerja sama LCS yang memungkinkan masing-masing negara menggunakan mata uang lokalnya untuk transaksi dagang internasional. BI juga sudah menjaring kerja sama dengan Bank of Thailand, Bank of Negara Malaysia, dan Kementerian Keuangan Jepang. "Ini upaya yang terintegrasi untuk memperdalam pasar uang dan mengembangkan LCS. Tentu volume transaksi ke depan akan dipengaruhi prospek perbaikan ekonomi," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar