Rabu, 21 September 2016

Menelusuri jejak penyamun hingga pasar gelap



PT BESTPROFIT FUTURES | Sepulang sekolah, Fajar (17) bersama geng motornya berkonvoi keliling Kota Yogyakarta. Dia memburu pelajar dari sekolah lain dianggap seteru. Mereka memberhentikan paksa pelajar sekolah lain sedang berkendara di jalan sepi. Mereka menyebutnya dengan istilah klitih.

Mereka langsung melucuti barang berharga pelajar lain. Biasanya mereka meminta uang dan mengambil telepon seluler. Barang-barang berharga itu lantas dijual ke pasar gelap. Uangnya dipakai foya-foya.


"Saya biasa menjual barang hasil klitih ke Pasar Klitikan. Pernah jual HP Android dan jaket bermerek," ujar Fajar kepada merdeka.com, Kamis (15/9) lalu.

Fajar cukup sering menyambangi pasar Klitikan di Jalan HOS. Cokroaminoto Nomor 34, Yogyakarta. Siswa salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Yogyakarta ini selalu menjual barang hasil rampasan ke pasar itu. Tidak sulit menjual barang curian di Pasar Klitikan. Dia cukup berbisik pada juru parkir dan pedagang mengenai barang hendak dijual. Dia sengaja menjual barang mudah didapat, mudah dijual, dan banyak dicari orang. Contohnya telepon seluler, jaket, atau sepatu masih terlihat bagus.

"Nanti penjaga parkirnya akan langsung menawar barangnya. Atau bisa juga kita akan dibawa ke pedagang di dalam pasar," ujar Fajar.

Seorang sumber merdeka.com menolak disebutkan namanya mengaku pernah menjual barang elektronik berupa perangkat keras hard disk sebanyak sepuluh unit. Barang itu diperoleh dari hasil mencuri. Dia menjualnya di pasar loak di Surabaya seharga hanya Rp 50 ribu setiap buah.

"Pokoknya hasil 'sabetan' (curian), dibeli Rp 500 ribu sepuluh buah," kata pria itu.

Cerita lain datang dari Asok, pedagang di pasar loak Jalan Dupak hingga Jalan Demak, Surabaya. Dia menjual onderdil khusus kendaraan bermotor. Suku cadang kendaraan mewah pun dijual murah. Semuanya hasil curian. Asok memiliki jaringan dengan pencuri motor. Jika pasokan dari jaringannya mandek, dia terpaksa 'turun gunung'.

"Iya kadang juga saya kerja di luar nyari motor (pencurian) untuk dijual lagi ke orang lain. Kadang juga saya jual sendiri," ujar lelaki 45 tahun ini.

Asok juga memasok barang curian ke penadah skala besar. Apalagi jika ada barang pesanan yang harus dicari. Dia menceritakan, banyak penadah yang memesan motor tertentu ke pencuri maupun begal. Motor yang dipesan biasanya yang laris dan banyak dicari orang. Salah satunya jenis skuter otomatis.

"Kalau menjualnya banyak ke Madura, Bangkalan, kadang di Sampang dan Pamekasan," ucap Asok.

MR, salah satu juru parkir di Pasar Lilin, Bandung, sudah biasa menyaksikan barang curian masuk ke pasar itu. Barang curian masuk dalam jumlah besar. Kebanyakan justru datang dari luar kota Bandung. Namun ada juga pedagang kadang mendapat pasokan dari copet atau begal menjual rampasan mereka.

"Handphone itu sudah kaya pakaian kalau ada kiriman. Di dalam karung gitu, lalu ada yang mengkoordinir dan menjual di lapak masing-masing," ucap MR yang juga warga sekitar pasar

PT BESTPROFIT FUTURES EQUITY TOWER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar