Awalnya, rival Trump, Hillary Clinton menuduh Rusia adalah dalang semua peretasan siber yang terjadi di Negeri Paman Sam.
"AS hanya punya dua musuh dalam hal perang siber. Pertama adalah peretas independen yang ingin meraup keuntungan dari data-data yang dicuri, dan kedua adalah peretas yang didukung negara, yaitu Rusia," kata Clinton saat debat berlangsung.
Clinton menuding Trump merupakan pemuja Presiden Rusia Vladimir Putin. Pasalnya, dalam beberapa pemberitaan di media internasional, Trump memang mengakui Putin adalah pemimpin hebat.
Capres Partai Demokrat ini mengaku kaget ketika mendengar berita Trump mempersilakan Putin meretas Amerika.
"Rusia ingin melihat sejauh mana AS bertindak dalam serangan siber. Dan saya cukup terkejut ketika Trump mempersilakan Putin meretas Amerika. Sama seperti kata pengamat, Trump tidak layak jadi panglima tertinggi AS," serangnya.
Namun, Trump membantah dan balik menyerang Clinton. Dalam debat Trump mengatakan peretasan bisa saja dilakukan oleh China.
"Saya tidak yakin Rusia yang telah meretas mereka, seperti yang dituduhkan Clinton. Bisa saja peretasan dilakukan China," katanya membela diri.
"Lagipula, di bawah kepemimpinan Presiden Obama, AS telah kehilangan banyak kendali dalam dunia siber. Salah satunya, dengan merajalelanya ISIS di sosial media," pungkasnya.
Best Profit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar