PT BESTPROFIT Mudah sekali menemukan caci-maki warganet Indonesia dan Malaysia di
kolom-kolom dunia maya, seolah-olah dua negara ini gemar berseteru
tentang batas negara, kawasan yang dijaga oleh serdadu masing-masing
pihak. Namun bagaimana jadinya bila serdadu dua negara benar-benar
bergerak bersama di tapal batas?
BESTPROFIT
Pada Senin (17/8/2017) pagi,
detikcom melihat pria-pria berseragam loreng di Pos Komando Taktis di
Entikong, Sanggau, Kalimantan Barat, tak jauh dari batas negara
Indonesia-Malaysia. Mereka tengah bersiap-siap untuk patroli ke patok
perbatasan.
BEST PROFIT
Namun di antara mereka, ada beberapa personel yang
seragam lorengnya agak berbeda. Warna seragamnya agak lebih cerah.
Ternyata mereka adalah tentara Malaysia. Benar, 10 personel Batalyon
Ranger Tentara Diraja Malaysia ini memang ada di markas tentara
Indonesia.
PT BESTPROFIT FUTURES
Tuan
rumah, yakni Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI dari
Batalyon Infanteri 131/Braja Sakti terlihat santai saja dengan
kehadiran para Ranger Malaysia itu. Memang ini merupakan hal yang
lumrah, karena pos ini merupakan Pos Gabungan Bersama kedua negara. Kini
mereka sama-sama mempersiapkan peralatan untuk melakukan patroli patok
bersama.
Peralatan yang dibawa Satgas Pamtas RI-Malaysia adalah
peta, pelacak GPS, radio handy talkie, sangkur, helm, dan rompi
antipeluru. Tentu saja mereka membawa senjata, yakni Senapan Serbu 1
buatan Pindad Indonesia. Bila TNI menggendong SS1, Ranger Malaysia
membawa senapan M4A1 carbine, senjata asal Amerika Serikat yang juga
diproduksi SME Ordnance Sdn Bhd Malaysia.
Apel
pagi digelar di depan Bendera Indonesia dan Bendera Malaysia yang
dikerek sama tinggi. Komandan Satgas Pamtas, Letkol Inf Denny, memimpin
apel, 33 orang personel di depannya, termasuk enam orang dari Ranger
Malaysia. Denny berpesan agar semua personel menjaga senjatanya agar
tetap dalam keadaan terkunci. Ini adalah wilayah aman, tak perlu membuka
kunci senjata dan membawa serentengan amunisi di bahu.
"Dicek
betul, jangan sampai tangan kita gatal, kunci terbuka, dan nembak teman
sendiri," kata Denny kepada para personel gabungan ini.
Saling
menjaga antarpersonel adalah hal yang penting, tak terkecuali saling
menjaga antarpersonel TNI dan Tentara Diraja Malaysia. Apel selesai.
Satu
persatu mereka naik ke truk militer yang akan mengantarkan mereka ke
perbatasan. Tangan tentara Indonesia membantu tentara Malaysia yang akan
naik ke bak truk, begitu juga sebaliknya. Akrab sekali. Maka
berangkatlah semua personel ke batas negara Indonesia-Malaysia, dipimpin
oleh Perwira Topografi Satgas Pamtas Yonif 131/Brs, Kapten Sumaryono.
"Ini first time nih. Saya baru satu bulan di sini," kata personel Ranger Malaysia, Prebet Rajali, dengan logat yang khas.
Perjalanan
tak lama, sampai juga di titik yang dituju, tak jauh dari PLBN
Entikong. Para serdadu ini berjalan menanjak menaiki bukit tanah
berumput. Dari sini terlihat jelas PLBN Entikong.
Jalanan
pertama berupa kerikil bercampur tanah yang menanjak. Ini adalah bagian
Jalan Inspeksi Perbatasan (JIPP) yang mengarah ke Dusun Balai Karangan
yang belum selesai dikerjakan. Namun semakin jauh berjalan, suasana
berganti, pepohonan dan akar banyak melintang, menambah sulit perjalanan
naik-turun bukit.
Bendera Indonesia dan Bendera Malaysia
berkibar di balik masing-masing punggung dua personel. Bila tanjakan
terlalu sulit, mereka bakal saling mengulurkan tangan untuk mempermudah
naik ke atas.
Matahari makin meninggi. Keringat bercucuran.
Setelah cukup bersusah payah melangkahi celah pepohonan, akhirnya sampai
juga di patok perbatasan pertama, namanya adalah G 128. Bentuknya
sederhana saja, yakni balok beton setinggi tengah betis.
Patok
ini terletak di dekat pagar kawat sebagai batas teritorial
Indonesia-Malaysia. Di seberang patok apalagi seberang pagar itu adalah
teritorial Malaysia. Alat pelacak GPS dihidupkan memeriksa koordinat
patok ini. Tak ada masalah yang berarti, patok dipastikan tak bergeser.
Pasukan gabungan melanjutkan perjalanan, menuruni tebing tanah yang
agaknya juga tak terlalu stabil untuk diinjak.
"Ini rawan longsor sebenarnya," kata Kapten Sumaryono kepada saya.
Patok
selanjutnya, berjarak sekitar 600 meter, yakni G 129. Letaknya ada di
antara pepohonan di atas bukit. Butuh kehati-hatian untk mencapainya.
Patok ini dinaungi prisma besi yang menjulang empat meter. Personel TNI
dan Tentara Diraja Malaysia berkumpul, memastikan bersama bahwa patok
tidak bergeser. Aman!
Usai
memeriksa keadaan patok G 131, para personel gabungan ini naik kembali
ke truk. Mereka hendak menuju ke kawasan perbatasan lain. Truk terasa
terhuyung-huyung, menengok ke luar, ternyata truk melintasi turunan.
Para prajurit turun. "Prok! Prok! Prok!" sepatu mereka beradu dengan
permukaan tanah berbatu.
Di depan adalah aliran sungai yang
melintasi Dusun Serangkang. Usai berpatroli menyusuri sebagian titik
dekat sungai, dipastikan kondisi masih tergolong aman-aman saja.
Matahari semakin menyengat, cukup melelahkan bagi orang biasa.
Namun
para serdadu ini nampak masih bisa tersenyum, bahkan bercengkrama satu
dengan yang lainnya. Mereka terlihat lebih santai. Nampaknya tak ada
rasa perasaan berseteru antara tentara Indonesia dan Malaysia.
Sambil
duduk di atas pohon tumbang, terlihat salah seorang personel
mengeluarkan ponsel dari kantong, fitur kamera diaktifkan. Di atas
sungai ini, mereka melakukan swafoto alias selfie bersama, tanpa
ragu-ragu, sambil tersenyum.
Karena
keakraban mulai mencair seperti aliran sungai di Serangkang ini,
personel yang lain juga tak mau ketinggalan berfoto. Mereka ramai-ramai
duduk di atas batu tengah sungai, sepatu basah terendam air. Bendera
Indonesia dan Malaysia dibentangkan. "Cekrek! Cekrek! Cekrek!"
berkali-kali potret diambil.
12
Personel, termasuk lima di antaranya dari Malaysia, kemudian berkumpul
membentuk lingkaran. Mereka mendengarkan Kapten Sumaryono menutup
patroli hari ini. Sumaryono memastikan bahwa sema tidak ada yang cidera,
mengecek kelengkapan peralatan, dan menyampaikan terimakasih kepada
semua personel.
"Kita sudah laksanakan patroli patok. Semua
berjalan dengan lancar dan aman," kata Sumaryono. Mereka kemudian
merapat dan meneriakkan yel-yel, "Braja! Sakti!"
Yang terjadi
bila tentara Indonesia dan Malaysia bergerak maju ke patok perbatasan
negara, dalam waktu yang bersamaan, tentu saja adalah keakraban. Menjaga
patok bersama berarti menjaga keamanan dengan cara damai. Rasa saling
pengertian satu sama lain bakal terbentuk.
Prebet
Rajali mengakui dirinya kadang-kadang "sukar paham" dengan Bahasa
Indonesia dalam kosakata-kosakata tertentu. Namun karena dia ditempatkan
di sini, dia mencoba untuk mengerti . "Terpaksa belajar,
sedikit-sedikit lah," ujarnya sambil tersenyum.
Staf Resimen
Ranger Diraja Malaysia, Sersan Winson, menyatakan 10 personel Negeri
Jiran sudah berada di sini sejak dua pekan terakhir. Selain patroli,
mereka juga sering melakukan kegiatan lain bersama personel Satgas
Pamtas TNI di barak.
"Kita main voli bareng, biliar bareng," kata Sersan Winson.
Tiap
sore di halaman markas, para personel memang sering berolahraga voli.
Ada pula meja biliar di salah satu sudut bagian dalam Pos Komando Taktis
ini. Di bagian lainnya, ada barak khusus untuk 10 personel Malaysia. Di
seberang perbatasan sana, di markas penjaga perbatasan milik Malaysia,
ada pula 10 personel TNI yang ditempatkan di Pos Gabungan Bersama di
teritorial Malaysia sana. Kesan yang baik akan menciptakan suasana yang
baik juga.
"Bersahabat," ucap Sersan Winson saat ditanyai kesannya tentang para personel TNI.