Rabu, 11 Maret 2020

Tekanan Ekonomi dari Perang Dagang, Corona, ke Perang Minyak

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut tekanan ekonomi global silih berganti dari semula perang dagang AS-China ke wabah virus corona (covid-19) ke perang minyak. Best Profit

Ia menuturkan ekonomi global sempat tertekan perang tarif impor. Belakangan, kedua negara melunak dan sepakat menuju jalan damai. "Perang dagang di awal Februari (2020) ada secercah harapan, ada sinar yang sedikit merebak seperti pelangi," ujar Perry, Senin (9/3).  Bestprofit


Namun, belum terasa hasil perdamaian dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu,  justru menambah tekanan bagi perekonomian dunia. Tak terkecuali dirasakan Indonesia.

Berdasarkan data penyebaran virus corona dari Johns Hopkins CSSE pada Senin (9/3) pukul 09.00 WIB, jumlah kasus positif telah mencapai 110.034 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 3.825 orang di dunia.  PT Bestprofit

"Kini redup kembali karena virus corona. Sekarang virus corona menyebar ke AS, Italia, Prancis, dan lainnya," imbuhnya.

Belum juga reda, tekanan ekonomi global karena virus corona. Pasar komoditas minyak mentah dunia kembali bergejolak.

"Tadi malam (waktu AS), pagi ini, dunia dihentakkan dengan perang minyak, yang membuat harga minyak turun dari sekitar US$60 per barel jadi US$30 per barel," jelasnya. PT Bestprofit Futures

Namun demikian, Perry enggan mengelaborasi lebih lanjut dampak dari sentimen tersebut. Begitu pula dengan dampak lebih rinci bagi perekonomian Indonesia.

Di pasar internasional, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$4,72 atau 9,4 persen ke posisi US$45,27 per barel. Ini merupakan posisi terendah dalam lebih dari 11 tahun terakhir.

Begitu pula dengan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), anjlok US$4,62 atau 10,1 persen menjadi US$41,28 per barel. Harga ini terendah sejak Agustus 2016 lalu.

Penurunan harga minyak mentah dunia dipicu oleh pembahasan rencana pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, atau dikenal dengan OPEC+. OPEC melihat perlu ada pemangkasan produksi akibat penyebaran virus corona.

Namun, Rusia menolak pengurangan produksi minyak. Saat ini, OPEC+ telah memotong produksi hingga 2,1 juta barel per hari (bph).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar