Kamis, 07 Januari 2021

Muhammadiyah Desak Pemerintah Atasi Polemik Harga Tahu Tempe

  

PP Muhammadiyah 

meminta pemerintah segera membenahi masalah kenaikan harga tahu dan tempe yang disebabkan oleh mahalnya harga kedelai 

di dalam negeri. Pasalnya, masalah ini akan berdampak langsung pada kesejahteraan dan ekonomi masyarakat. Best Profit

Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas. Menurutnya, kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuat tahu dan tempe akan mengerek biaya produksi dan harga kedua bahan pangan tersebut. Imbasnya, daya beli masyarakat menurun. Bestprofit

"PP Muhammadiyah meminta pemerintah untuk secepatnya mengatasi masalah ini agar dunia usaha dan kehidupan ekonomi masyarakat kembali menggeliat serta tidak ada yang dirugikan," ungkap Anwar kepada awak media melalui pesan singkat, Senin (4/1). PT Bestprofit

Hal ini, sambungnya, berpotensi menurunkan pembelian masyarakat terhadap tahu dan tempe. Dampaknya, pendapatan dan keuntungan produsen dan pedagang tahu tempe berpotensi ikut tergerus.

Kondisi ini akan menurunkan tingkat kesejahteraan para produsen dan pedagang tahu tempe. Begitu juga masyarakat sebagai konsumen. PT Bestprofit Futures


"Juga kepada warga masyarakat karena mereka tidak lagi mampu membeli sesuai dengan kebutuhan pokoknya," katanya.

Di sisi lain, Anwar meminta apabila ada oknum yang melakukan praktik usaha tidak sehat untuk segera ditindak. Misalnya, melakukan penimbunan atau spekulasi dalam bentuk lain.

Sebelumnya, Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) memang sudah menaikkan harga tahu dan tempe di masyarakat seiring kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku utama kedua bahan pangan itu. Kenaikan terjadi sekitar 10 persen sampai 20 persen."Muhammadiyah meminta pemerintah untuk menindak mereka dengan tegas dan menggiring mereka ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman yang sesuai dengan besar dan dampak buruk dari kesalahannya," ujarnya.

Namun, menurut Ketua Umum Gakoptindo Aip Syaifuddin, kenaikan itu tidak diamini secara kompak oleh seluruh pengusaha tahu dan tempe di pasar. Sebagian pengusaha, katanya, justru tetap menjual tahu dan tempe dengan harga normal agar dagangan tetap laku.

"Tapi ternyata yang ambil kesempatan itu juga kewalahan karena harga kedelai naik terus. Akhirnya rapat lah Puskopti di berbagai daerah mereka meminta mogok produksi supaya kompak atau sepakat semua," ucap Aip kepada CNNIndonesia.com.

Kendati begitu, Aip mengatakan produksi sudah mulai berlangsung lagi pada saat ini. Stok tahu dan tempe di pasar pun tersedia lagi untuk masyarakat.Hal ini kemudian membuat para perajin tahu tempe berniat mogok produksi pada awal tahun. Kondisi ini sempat menimbulkan penurunan stok tahu dan tempe di pasar.

Hanya saja, ada kenaikan harga tempe sekitar 25 persen per hari ini. Rinciannya, harga tahu dan tempe ukuran kecil naik dari Rp4.000 menjadi Rp5.000 per kemasan.

Sementara harga tahu dan tempe ukuran besar naik dari Rp8.000 menjadi Rp10 ribu per kemasan.

"Per hari ini sudah mulai naik, mungkin sudah (diterapkan) 90 persen (di Indonesia). Kami sudah mulai produksi dan distribusi ke pasar-pasar, jadi tahu tempe sudah mulai ada lagi," kata Aip.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar