Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat realisasi pembiayaan utang sepanjang semester I 2020 mencapai Rp421,5 triliun yang terdiri dari penerbitan SBN (neto) Rp430,4 triliun dan pinjaman (neto) negatif Rp8,9 triliun.
Best Profit
Kebijakan pembiayaan utang tersebut sejalan dengan pelebaran defisit dan kebutuhan pendanaan Program Pemulihan Ekonomi (PEN) yang berada di kisaran 6,34 persen terhadap PDB sesuai Perpres 72/2020.
Bestprofit
"Kami berharap Indonesia tetap bisa menjaga kredibilitas kebijakan sehingga kita bisa mendapatkan
confident dan penurunan
yield yang kami
issued di dalam penangan Covid yang membutuhkan defisit jauh lebih besar yakni 6,34 persen," ucap Sri Mulyani di Badan Anggaran DPR, Kamis (9/7).
PT Bestprofit
Sri Mulyani menjelaskan hampir semua negara memberikan stimulus dengan skema extraordinary dan dengan ukuran yang luar biasa pada tahun ini karena virus corona.Penarikan utang pemerintah di semester I lalu merupakan yang tertinggi dalam kurun lima tahun terakhir. Maklum, berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, pada periode sama pada 2016 hingga 2019 pembiayaan utang masing-masing hanya sebesar Rp278,1 triliun (2016), Rp207,8 triliun (2017), Rp180,2 triliun (2018), dan Rp181,2 triliun (2019). PT Bestprofit Futures
Indonesia, dengan total anggaran pemulihan ekonomi hingga Rp677,2 triliun perlu melakukan pelebaran defisit sebagai bagian merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan countercyclical.
"Di mana ketika ekonomi melemah, Pemerintah perlu step in untuk memberikan stimulus untuk perbaikan ekonomi," tuturnya.
Meski demikian, Sri Mulyani menyampaikan bahwa pembiayaan anggaran dengan adanya defisit yang sangat tinggi tetap dilakukan dengan hati-hati.
"Kebijakan pembiayaan utang dilakukan dengan terus melihat kondisi market dari SBN dalam negeri dan pelaksanaan SKB dengan bank Indonesia dalam rangka burden sharing," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar