Kamis, 28 Maret 2019

Salat Jumat Pertama Usai Teror Masjid, Ini Kata Imam New Zealand

Christchurch -
Ribuan orang berkumpul di Hagley Park, dekat masjid Al-Noor di Kota Christchurch, Selandia, menandai hari berkabung nasional untuk para korban serangan bersenjata yang menewaskan 50 orang. PT BESTPROFIT
Empati dan simpati ditunjukkan warga Kota Christchurch dengan memasang antara lain berupa spanduk atas keluarga korban dan juga bagi umat Islam di kota itu.
Seorang pria warga Kota Christchurch, Selandia Baru, membentangkan poster yang isinya menunjukkan empatinya atas kejadian serangan bersenjata di dua masjid di Christchurch yang menewaskan 50 orang warga Muslim setempat. BEST PROFIT
Sebagian warga itu juga melakukan gerakan solidaritas dengan bergandengan tangan untuk menunjukkan semangat kebersamaan serta memberikan perlindungan kepada umat Islam yang sedang berduka. BESTPROFIT
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern bergabung dengan ribuan warga yang berdukacita di dekat masjid Al-Noor, satu dari dua tempat ibadah yang menjadi sasaran penembakan pada Jumat lalu.
Dalam pidato yang ditujukan kepada komunitas Muslim, ia berkata: "Selandia Baru berduka bersama Anda, kita adalah satu."
Masjid-masjid di seluruh negeri diharapkan membuka pintu bagi pengunjung, dan masyarakat akan membentuk rantai manusia di beberapa masjid sebagai aksi simbolis perlindungan dan solidaritas.
Sebelumnya, Ardern mendorong sebanyak mungkin warga Selandia Baru untuk memanfaatkan hari ini untuk berhenti sejenak dan merenung.
"Saya tahu banyak warga Selandia Baru ingin menandai sepekan yang telah berlalu sejak serangan teroris dan mendukung komunitas Muslim seiring mereka kembali ke masjid," ujarnya.
"Apa yang kita renungkan selama pengheningan akan berbeda-beda. Semua orang harus melakukan apa yang terasa pas bagi mereka, di manapun mereka berada di rumah, di tempat kerja, di sekolah."
Satu kampanye media sosial meminta perempuan non-Muslim di Selandia baru mengenakan kerudung untuk sehari.
Di Kota Wellington, Selandia Baru, warga kota itu menunjukkan sikap ikut bergabung di depan masjid di kawasan Kilbirnie. Sebagian warga itu mengenakan kerudung sebagai bentuk rasa berkabung.
Zaid Mustafa (kiri), 13 tahun, dan ibunya Salwa Mustafa (kanan) tak kuasa menahan tangis dalam jumpa pers, 22 Maret, setelah ayahnya Khalid Mustafa, 44 tahun, dan kakaknya Hamza (15 tahun) ditembak hingga tewas oleh pelaku serangan di dua masjid.
Penghormatan terhadap korban serangan bersenjata di Kota Christchurch, terlihat dalam gundukan karangan bunga, poster, dan catatan yang ditempel warga kota itu di Masjid Jamia di Hamilton.
Imam Gamal Fouda, yang memimpin salat Jumat, mengatakan bahwa si penembak "melukai hati jutaan orang di seluruh dunia".
"Hari ini, dari tempat yang sama, saya menyaksikan cinta dan kasih sayang," ujarnya.
"Kami terluka, tapi kami tidak putus asa. Kami hidup, kami bersama, dan kami bertekad untuk tidak membiarkan siapapun memecah-belah kami."
Seorang pria Muslim (kanan) dan pria setempat melakukan semacam ucapan empati dengan melalui tradisi 'hongi', berupa sentuhan hidung, di sela-sela hari perkabungan nasional di Taman Hagley di KOta Chrischurch, Jumat (22/03).
Panggilan salat bagi Muslim, atau azan, disiarkan di televisi dan radio nasional pada pukul 13:30 waktu setempat (07:30 WIB) dan diikuti dengan dua-menit hening.
Siaran tersebut didahului dengan pidato dari Ardern, yang berkata: "Menurut Nabi Muhammad... orang-orang yang beriman dalam kebaikan, kasih sayang, dan simpati mereka bagaikan satu tubuh. Ketika satu bagian sakit, seluruh tubuh merasakan sakit."
Anak muda terlihat menangis saat salat Jumat di Masjid Jami di Hamilton, sepekan setelah serangan masjid di Kota Christchurch, yang menewaskan 50 orang.
Di Hagley Park, umat Muslim di Kuta Christchurch melakukan salat jumat pertama sepekan setelah serangan di dua masjid di kota itu. Di tempat yang sama, ribuan orang berkumpul untuk menandai hari berkabung nasional untuk para korban.
Tiga warga Muslim ikut menghadiri acara berkabung nasional di Hagley Park, yang juga dihadiri ribuan warga setempat dengan latar agama dan etnis yang berbeda.
Imam Gamal Fouda, yang memimpin salat Jumat, mengatakan bahwa si penembak "melukai hati jutaan orang di seluruh dunia".
"Hari ini, dari tempat yang sama, saya menyaksikan cinta dan kasih sayang," ujarnya.
"Kami terluka, tapi kami tidak putus asa. Kami hidup, kami bersama, dan kami bertekad untuk tidak membiarkan siapapun memecah-belah kami."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar