Getuk merupakan kue tradisional Jawa yang dibuat dari singkong, gula dan kelapa. Jajanan murah meriah ini banyak variasnya, tetapi yang satu ini tetap dengan rasa autentik.
Getuk biasa dinikmati sebagai camilan minum kopi di pagi hari atau suguhan buat tamu-tamu di acara khusus. Jajan pasar ini populer karena mudah dibuat, murah dan enak rasanya. Untuk membuatnya, singkong dikupas, dipotong-potong lalu dikukus hingga mekar dan empuk. Kemudian digiling dengan gilingan besi hingga halus pulen. Barulah diberi aneka rasa.
Di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tepatnya di Dukuh Dalangan, Desa Barongan, Kecamatan Kota. Di daerah Dalangan, ada salah satu warung penjaja getuk yang legendaris. Nama warungnya adalah Getuk Dalangan. Nama terakhir merupakan nama lokasi dukuh. BESTPROFIT
Warung Getuk Dalangan mendadak ramai di dunia maya, setelah salah satu akun media sosial penyedia informasi lokal mengunggah foto aktivitas warung getuk itu. Warganet yang didominasi warga lokal, memberikan banyak komentar. Terutama berisikan petunjuk dan kesannya. PT BESTPROFIT FUTURES
Warung Getuk Dalangan, berada sekitar 150 meter dari pusat alun-alun kota. Lokasinya berada di dalam kampung Dalangan. Untuk ke sana, bisa melalui Jalan Jenderal Sudirman. Sebelum satu toko jam terkenal di kota itu, ada sebuah gang bertuliskan Dalangan. Dari ujung gang ke lokasi, jaraknya sekitar 7 meter.
Warung Getuk Dalangan ditandai dengan adanya kerai bahan bambu bertuliskan Getuk Dalangan. Warung menyatu dengan bangunan tempat tinggal si pemilik. Di bagian samping rumah, diubah menjadi warung. Di situ hanya terdapat sebuah meja berukuran besar. Di atas meja itulah, aneka getuk dijajakan.
Meja beralaskan daun pisang, serta beberapa kertas minyak dan wadah berbahan plastik. Di atasnya ditata potongan aneka getuk. Ada yang masih berbentuk lonjoran, ada pula yang sudah dipotong-potong.
Ny Suwarni (63) pemilik warung Getuk Dalangan, menjelaskan jika warungnya merupakan salah satu tempat penyedia getuk yang masih bertahan di kota setempat. Warungnya telah berdiri sejak 40 tahun silam dan bertahan hingga sekarang.
"Warung Getuk Dalangan sudah ada ya sekitar 40 tahun-an," ungkap Suwarni mengira-ngira waktu berdirinya warung Getuk Dalangan, ditemui di lokasi warung, Selasa (17/11/2019) sore.
Warung ini didirikan oleh orang tua Suwarni, mbah Naisa. Suwarni merupakan generasi kedua yang mengelola warung getuk ini hingga sekarang. Praktis, menu yang ada di warung merupakan menu warisan pendahulunya.
Saat ini, Suwarni membuka warung dibantu anak-anaknya. Seperti yang tampak di warung. Ada yang bertugas melayani pembeli, ada yang menata daun pisang, serta ada yang mengupas singkong. "Ini yang punya Bu Suwarni. Saya anak mantunya, bantu-bantu," kata Ny. Ima (38), yang bertugas melayani pembeli.
Dia menjelaskan, warung memang murni menjajakan getuk. Ada lima jenis getuk yang disediakan. Yakni lopis, getuk, puli, moto belong, dan ketan. "Untuk jenis lopis baru kami jual sejak dua tahun terakhir. Sedangkan yang lainnya sudah lama," tuturnya.
Warung Getuk Dalangan buka setiap hari kecuali hari Minggu, Ramadan hingga satu bulan ke depan, dan hari-hari besar. Warung ini buka sejak pukul 10.00 WIB-17.00 WIB. Harga getuk mulai dari Rp 2.000 per porsi kecil, Rp 5.000 dengan porsi plastik mika kecil, atau tergantung si pemesan. Sejumlah perusahaan besar di Kudus juga beberapa kali pesan getuk. "Ada yang sampai 300 bungkus, 500 bungkus, pesannya," bebernya.
Mereka juga menerima pesanan getuk yang dibentuk seperti gunungan tumpeng. Dengan harga mulai dari Rp 250.000. Termasuk juga, getuk yang ditata sedemikian rupa guna keperluan lamaran pasangan.
Ima melanjutkan, saking larisnya setiap hari warung getuk ini menghabiskan singkong yang tak sedikit. Seperti lopis bisa habis sampai 5 kg, getuk sekitar 2 karung singkong, moto belong sekitar 60 lonjor, dan lainnya. Untuk jenis moto belong, di bagian tengahnya diberi irisan pisang tanduk khas Gunung Muria.
Biasanya pembeli mencampurkan getuk yang dipesannya dengan parutan kelapa, atau gula aren. "Mau gula atau kelapa, itu biasanya tergantung selera pembeli. Kalau manis ya pakai gula, kalau tidak, ya pakai kelapa," ungkap Ima.
Warung Getuk Dalangan biasanya ramai setiap pukul 10.00 WIB. Selain pembeli, ada juga bakulan yang kulakan getuk. Ada sejumlah bakulan getuk yang tersebar di Kudus. Selama ini pelanngganya berasal dari Mayong Jepara, Semarang, Kudus, Pati, dan daerah sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar