Intelektual Islam dan juga Budayawan, Muhammad Ainun Nadjib
menilai ada kebingungan di masyarakat muslim Indonesia dalam menghadapi
situasi terkini, dan terdapat kecenderungan atau indikasi penyempitan
makna ajaran Islam.
Ainun
Nadjib mengatakan, masyarakat Indonesia cenderung menghakimi umat agama
lain ataupun umat muslim lainnya dengan pemahaman yang dangkal.
Kondisi
ini terlihat pasca-aksi damai 212 lalu, di mana terjadi
pengotak-kotakan antara mereka yang ikut atau tidak ikut dalam
demonstrasi tersebut. Mereka yang tidak ikut dianggap bukan muslim atau
masuk dalam kelompok nasionalis, sedangkan mereka yang nadionalis
dianggap bukan Islam.
"Jadi, ada perasaan sentimen 'kami atau
mereka', kalau enggak sama dengan kami berarti mereka berarti musuh,"
ujar Ainun Nadjib, alias Cak Nun dalam diskusi kebudayaan memeriahkan
Maulid Muhammad SAW di Brussel, demikian Ketua Keluarga Pengajian
Muslimin Indonesia (KPMI) Brusel, Lanang Seputro kepada Antara di
London, Senin (26/12).
Dikatakannya, perilaku seperti ini juga
dinilai berkontribusi terhadap citra masyarakat muslim dan Islam di mata
internasional yang dianggap brutal. Padahal Islam menurut Cak Nun,
adalah tenaga di pikiran dan cahaya di hati dan jika itu dipahami dan
diterapkan dengan baik maka Islam sebagai Rahmatan lil Alamin dapat
tercapai.
Cak Nun juga menilai pemahaman isi atau 'content'
seringkali dilupakan. Orang sudah sombong dengan pengetahuan sebatas
kulit. Dia juga melihat potret Islam yang dilihat masyarakat
internasional juga kurang pas karena umat Islam sendiri belum sempat
memunculkan Islam yang benar dalam konteks Indonesia.
Pemahaman
Islam yang utuh juga tidak sempat berlanjut ketika upaya para Wali
Sembilan tidak berlanjut. Keburu terjadi pertikaian politik yang
akhirnya juga mengkotak-kotakkan masyarakat muslim Indonesia. Selain itu
terdapat pemahaman Islam sekedar budaya dan masyarakat cenderung
mengikuti ajaran Islam secara kaku.
"Padahal dalam ajaran Islam
yang ada di Alquran, isinya 3,5 persen akidah, dan 96,5 persen adalah
ibadah muamalah. Kebanyakan masyarakat muslim sendiri terpaku pada 3,5
persen itu dan kadang-kadang tanpa pengetahuan dan pemahaman yang kuat,"
ujarnya sembari menambahkan, ada yang dengan gampang mengharamkan suatu
tindakan. Padahal yang bisa mengharamkan sesuatu adalah Allah.
Sebagian
masyarakat muslim memahami Islam itu datang bersama Nabi Muhammad,
padahal sesungguhnya Islam ada sejak Allah menciptakan alam semesta. Cak
Nun juga mengutip surat Al Maidah ayat 54 yang dikatakan ada
penerjemahan yang kurang pas di ayat tersebut diterjemahkan sebagai
berlaku lah adil kepada kaum muslimin dan bersikap keras terhadap umat
lain.
Menurut Cak Nun seharusnya "bersikaplah adil kepada kaum
muslimin dan besikap sayang, sorry atau aziz kepada umat lain,"
maksudnya sayang atau sorry terhadap umat bukan Islam karena
sesungguhnya Islam adalah untuk seluruh umat dan alam semesta seharusnya
umat Islam menunjukkan kepada umat lain tersebut kepada kebenaran
dengan cara-cara yang baik.
Mengajak ke yang benar itu pakai cara
persuasif sehingga orang akan simpati dan senang seperti yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad.
Citra Islam Sementara itu Dubes Yuri Thamrin
menilai seandainya pemikiran Cak Nun ini dipahami masyarakat
internasional mungkin akan bisa memberikan alternatif terhadap citra
Islam.
Menurut Minister Counsellor Fungsi Politik KBRI Brusel,
Lanang Seputro, secara substansi materi diskusi yang dibahas Cak Nun
sangat bagus dan konsisten dengan pemikiran Cak Nun selama ini.
Terkait
kunjungan Cak Nun di tiga negara di Eropa yaitu Jerman, Belgia dan
Belanda dari 22 hingga 28 Desember mendatang, adalah dalam rangka
persiapan Cak Nun dengan Kiai Kanjeng yang ikut memeriahkan Festival
Europalia di mana Indonesia sebagai partner country pada tahun 2017.
Sayangnya
selama di Brussel, Novia Kolopaking yang juga seorang penyanyi tidak
sempat tampil, walaupun rencananya akan tampil sayang waktu yang
terbatas, demikian Lanang Seputro.
Diskusi tersebut diadakan di
Aula KBRI Brussel dihadiri Dubes RI untuk Brusel Yuri O. Thamrin. Acara
itu terlaksana berkat kerjasama PPI Belgia, Keluarga Pengajian Muslimin
Indonesia (KPMI) Belgia, PCINU Belgia dan didukung KBRI Brussel.
Cak
Nun melakukan perjalanan di lima kota di Eropa yaitu Hannover,
Frankfurt, Brussels, Amsterdam & Den Haag dalam rangka diskusi
kebudayaan memeriahkan Maulid Nabi. Ia datang bersama istrinya, Novia
Kolopaking atas kerja sama antara alumni Gontor di Eropa, PPI Jerman,
Belgia, Belanda & PCI NU.
BESTPROFIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar