Jumat, 18 November 2016

Ini 2 Rencana Trump yang Jadi Sorotan Serius

Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) telah selesai dengan nama pemenang, Donald Trump. Akan tetapi drama masih berlanjut hingga sekarang, sebab investor masih menunggu implementasi kebijakan yang sudah disuarakan oleh Trump saat kampanye.

Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, menyatakan dua kebijakan utama Trump menjadi sorotan serius. Pertama tentang pemangkasan tarif pajak, sebagai upaya untuk mendorong perekonomian negara menjadi lebih cepat.

Chatib melihat, ada risiko yang dikhawatirkan oleh investor. Pemangkasan tarif akan membuat penerimaan pajak turun. Bila belanja digenjot lebih besar, artinya defisit anggaran melebar. Pemerintah AS harus menarik utang yang besar untuk menutupi belanja.

"Itu nantinya harus dibiayai oleh obligasi. Permintaan obliogasi yang meningkat akan membuat tingkat bunga AS akan naik," ujar Chatib, saat acara UOB-Indonesia Economic Outlook 2017 di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (16/11/2016).

Kondisi tersebut akan menimbulkan sedikit gejolak di pasar keuangan. Likuiditas akan kembali ke AS, dan mendorong penguatan yang cukup siginifikan pada dolar Amerika Serikat (AS). Sementara mata uang di banyak negara akan melemah, termasuk rupiah.

"Likuiditas akan kembali ke AS. dan mata uang di banyak negara termasuk rupiah akan mengalami tekanan dalam medium term," terang Chatib.

Kebijakan kedua adalah terkait dengan perdagangan. Trump cenderung menuju ke arah proteksionis, setelah mengetahui perdagangan yang terjadi selama ini antara AS dengan banyak negara tidak adil.

Chatib menilai kebijakan tersebut berbahaya. Untuk pertama kali, pertumbuhan perdagangan dunia lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Di mana China menjadi negara pemasok barang terbesar di dunia. Bila kemudian AS menjadi proteksionis, maka China akan kehilangan pasar.

"Kalau AS tidak mau beli, lalu siapa yang akan membeli barang China yang begitu melimpah," paparnya.

Negara berkembang tidak cukup kuat untuk terus menampung barang impor. Sebab ini membuat ekonomi negara tersebut, khususnya untuk industri akan semakin lemah. Orientasi ekspor tidak bisa diharapkan lagi,

"Fenomena Brexit, Trump dan yang lainnya ini menunjukkan resistensi dalam globalisasi. Kalau trade begitu sulit, maka ada risiko perdagangan global menyusut," tandasnya.PT BESTPROFIT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar