Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga, Anies Baswedan
blak-blakan menceritakan perihal kedatangannya ke markas Front Pembela
Islam (FPI) pada Minggu (1/1). Saat berdiskusi dengan redaksi
merdeka.com, Selasa (3/1), Anies menceritakan, kehadirannya di markas
FPI di Petamburan atas undangan diskusi yang diselenggarakan ormas
keagamaan pimpinan Habib Rizieq.
"Saya menempatkan semua sama. Warga Jakarta berhak mendapatkan
kesempatan berdialog dengan calon gubernurnya," ujar Anies sambil
tersenyum.
Temanya tentang pemikiran-pemikiran agama. Anies terkejut dengan
diskusi yang diselenggarakan itu. Salah satunya karena paper diskusi
yang disiapkan. Paper yang diyakini Anies dibuat dengan serius dan tidak
main-main. Bahkan seperti bahan akademis yang dibuat oleh doktor atau
profesor. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini terkesan karena
diskusi itu sangat serius.
"Pembicaranya doktor dan profesor. Saya lihat papernya ini berat
bener (bahan diskusinya). Saya kagum. Saya melihat ada 13 halaman dengan
6 catatan kaki. Kalau Anda seorang akademisi dan membuat paper 13
halaman dengan 6 halaman catatan kaki, Anda sedang menyampaikan pada
audiens ada bahwa yang saya kutip punya referensi. Tidak ada hal yang
ditulis tanpa dasar. Dahsyat, serius. Tidak ada spekulatif dimasukkan"
kata Anies takjub.
Diskusi pun dimulai. Anies dihadapkan pada tiga pembicara bergelar profesor dan doktor. Dia dicecar sejumlah pertanyaan.
"Mereka tanya, Pak Anies anda disebut Syiah, Anda disebut JIL, Anda disebut Wahabi. Di diskusi itu saya ditanya," ucap Anies.
"Saya jawab Saya Ahlussunnah wal jama'ah. Saya bukan Syiah, bukan
anggota JIL dan bukan Wahabi. Kebetulan ada buku berjudul 50 tokoh
liberal Indonesia dan saya tidak ada di situ," jawabnya.
"Pakar pembuat buku saja tidak memasukkan nama saya di situ, berarti
saya bukan. Itu hanya karena saya rektor paramadina sehingga dikaitkan
dengan JIL," imbuhnya.
Anies merasa difitnah karena dituding anggota JIL, Syiah dan Wahabi.
Namun di sisi lain dia tertawa dengan fitnah itu. Apalagi Anies dianggap
Syiah dan Wahabi padahal keduanya saling bermusuhan.
"Saya katakan di situ dan semua tertawa. Lucu saja Syiah dan Wahabi
itu kan saling bermusuhan, tapi dua-duanya di saya, kan lucu,"
Dia masih ingat betul, fitnah itu dilancarkan ketika pertarungan
Pemilihan Presiden 2014. Saat itu Anies masih menjadi pendukung setia
Joko Widodo. "Ini mesin produksi fitnah yang luar biasa."
Anies melanjutkan penjelasannya soal kehadiran dalam diskusi dengan
FPI. Kehadirannya dalam diskusi bersama FPI tidak perlu diperdebatkan.
Sebab, kebebasan berkumpul dan berdiskusi dijamin oleh Undang-Undang.
Anies justru heran dengan orang-orang yang merespon sinis kedatangannya
ke markas FPI dengan menganggapnya telah merusak tenun kebangsaan.
"Saya datang diskusi, apa salahnya? Enggak ada salahnya. Di mana
perbuatan salah saya? saya datang diskusi. Ketika kebebasan berserikat
dan berkumpul dilindungi negara, kenapa sebagian dari kita justru marah
dengan kebebasan berdiskusi itu. Justru suka tidak suka, setuju tidak
setuju, ini adalah ormas legitimate, ada langkah yang kita tidak setuju,
ada yang tidak masalah," tegasnya.
Anies balik menuding orang yang sinis dengan kedatangannya ke markas
FPI adalah lawan politik yang sedang berusaha menjatuhkannya.
"Namanya juga sedang musim kampanye, ada pihak lain yang men-smash
dengan berbagai cara. Tugas kita mengembalikan smash," katanya tertawa. BEST PROFIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar