Salah satu yang menjadi konsentrasi pemerintah Presiden Joko Widodo
(Jokowi) adalah beroperasinya tol laut. Banyak orang yang salah sangka
memaknai tol laut seperti apa. Bahkan ada yang menganggap tol laut
adalah membangun jalan tol di atas laut.
Kepada tim merdeka.com,
Direktur Utama PT Pelni menggambarkan secara gamblang proyek tol laut
yang saat ini sedang mereka kerjakan. Tol laut tidak seperti yang
dibayangkan oleh sebagian orang. Melainkan berfungsi untuk mengurangi
disparitas harga yang mencolok di daerah-daerah terpencil Indonesia
dengan di pusat-pusat kota dengan memanfaatkan jalur laut.
"Kalau
tol laut yang dikerjakan Pelni itu didasari oleh Perpres (Peraturan
Presiden) 106 November 2015. Jadi Perpres itu dasarnya untuk mengurangi
disparitas harga di daerah terpencil terluar. Itu dasarnya lagi
barang-barang apa yang diangkut oleh Perpres itu sesuai dengan Perpres
71: barang pokok dan barang penting. Barang pokok dan penting itu ada
sekitar 18 item," kata Dirut Pelni, Elfien Guntoro, belum lama ini.
Di
dalam Perpres tersebut, diturunkan lagi ke Permen (Peraturan Menteri)
dan juga SK dari Dirjen Kementerian Perhubungan. Intinya adalah untuk
mengurangi disparitas harga, atau paling tidak Pelni ditugaskan melayari
rute-rute yang ditetapkan Dirjen secara regular liner services atau
dengan jadwal tetap. "Awalya dari Jawa keluar Jawa, karena memang
sentral produksi kita 80 persen ada di Jawa. Itu yang dikerjakan Pelni
dan Alhamdulillah sampai November-Desember ini kapasitas yang diperoleh
untuk ke arah timur itu sudah meningkat, bahkan ada yang lebih dari 100
persen. Kenapa lebih 100 persen? Karena ada transitment dari Surabaya, Makassar ke Papua," papar Elfien.
Sedangkan
untuk tol laut ke arah Natuna, PT Pelni menggunakan kapal yang cukup
besar dengan daya angkut 2.400 ton. Tapi diakui Elfien, sebenarnya Pulau
Natuna kebutuhannya hanya 500 ton perbulan. Di sana juga belum tersedia
transportasi, gudang dan sarana prasarana lainnya. Kalau membawa barang
lebih dari 500 ton, susah mencari tempat menyimpannya, serta siapa yang
akan mengonsumsinya.
"Kemarin kita kerja sama dengan Sinergi
BUMN, RRI, Pelindo kita juga bawa enggak bisa banyak, karena kita sandar
di pelabuhan yang bukan pelabuhan kotanya. Nah itu jauh dari kota itu
(tujuan), barang juga mesti dibawa ke sana. Jadi kapal kita itu memang
terisi maksimal 500 ton."
"Memang kelihatannya tidak sesuai. Karena kalau kita ke sana lima bulan
terakhir ini, kapal tidak bisa masuk ke sana, karena kapal kecil tidak
mungkin menjangkau pulau terluar, ombaknya tinggi. Akibatnya, kapal
tidak bisa masuk sampai sebulan, beras sulit di sana. Kita ingin ada
kapal yang bisa menembus ke sana, karena kapal besar yang dibutuhkan,"
imbuh Elfien.
Sebenarnya tol laut ini juga sudah ada di
pemerintahan sebelumnya, baik zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) atau pun Presiden-presiden yang lain. Namun karena pemerintahan
Presiden Jokowi saat ini sangat konsen di bidang kemaritiman, sehingga
tol laut menjadi prioritas dan menjadi program unggulan. Pemberitaan pun
lebih gencar.
"Secara umum tol laut itu harusnya konektivitas
antar pulau semua harus tol laut. Contohnya PT Pelni punya 26 kapal
penumpang yang memang mengarungi di seluruh kepulauan. Dia singgah di 96
pelabuhan untuk kapal penumpang kita. Itu kita mulai tahun ini ditugasi
juga 46 kapal perintis yang menyinggahi 301 pelabuhan. Terus kita juga
ada 6 kapal ternak, itu juga bagian dari tol laut. Semua kalau
terkonektivitas itu suatu rangkaian tol laut. Kalau melihat peta trayek
kita ini satu-satunya terbesar di dunia."
Untuk saat ini, lanjut
Elfien, sedang digarap dengan Kementerian BUMN istilahnya "Rumah Kita"
atau pusat logistik dari BUMN. Di sana ada Pelindo, Bulog, Pelni dan
beberapa yang lain, tujuannya untuk menyiapkan pusat-pusat logistik yang
bisa dibawa untuk mengisi kapal-kapal. "Memang kalau ke arah timur, itu
sudah cukup bagus, tetapi yang kita target adalah kembalinya.
Kembalinya dari timur itu memang tidak ada sentral produksi. Apa yang
dibawa? Sampai saat ini yang dibawa garam, rumput laut, ikan. Ini yang
masih kita petakan terus, hasil daerah apa yang kita bawa. Nah ini untuk
mengisi load factor kita apa yang dibawa baliknya."
Perlu
diketahui, bahwa logistik hanya sekitar 20 persen untuk transportasi
lautnya. Sebanyak 30-an persen itu ada di pelabuhan. 50 Persen ada di
interland. Sedang saat ini Pelni sedang mengembangkan bahwa kapal-kapal
Pelni sampai ke Timika, Papua. Dari Timika kalau mau dibawa ke Wamena
yang di pegunungan harus lewat udara. Sementara dari pelabuhan Timika ke
bandara 47 km jaraknya. Nah harus disiapkan kendaraan di sana. Pelni
mengharapkan juga tidak hanya tol laut yang sea way, antara pelabuhan ke
pelabuhan. Kontainer-nya juga harus dilihat, kalau bisa end to end.
"Ini
yang sedang kita usulkan ke pemerintah perbaikan Perpres tadi, itu
isinya sea way, pelabuhan ke pelabuhan, supaya bisa end to end. Berarti
ada apa? Ada intermoda. Ini sedang kita garap dan dirapatkan di
kelembagaan. Mudah-mudahan ini bisa berjalan, dan semua sudah menyiapkan
ke sana semua," harapnya.
Elfien mengharapkan pemerintah
menciptakan ekonominya pemerataan. Jadi perlu ada
pengembangan-pengembangan, sentral-sentral produksi di luar Jawa. Supaya
ada keseimbangan. "Tapi sebelum itu paling tidak barang pokok ini harus
bisa dinikmati yang sama oleh rakyat timur. Kalau itu adalah tugas
pemerintah yaitu harus intervensi. Kalau enggak, itu undang-undang
mengatakan itu. Ada juga PP, peningkatan daerah tertinggal. Ini yang
harus kita pakai. Jadi sandang pangan papan itu bisa terdistribusi
dengan baik," harap Elfien.
Elfien menampik dugaan saat ini tol
laut kurang diminati lantaran banyaknya biaya yang harus dikeluarkan.
Justru sebaliknya, saat ini banyak pihak yang berlomba-lomba ikut
berpartisipasi mengembangkan tol laut.
"Kata siapa? Dulu kita
mati-matian set-up bikin survei, bikin trayek pelabuhan. Kita enggak
asal bikin trayek. Pelabuhannya seperti apa, alurnya seperti apa, bisa
sandar atau tidak, itu kan butuh survei. Dulu, tiga bulan awal belum
full, sekarang sudah. Kenapa? karena tarifnya disubsidi. Karena apa?
Karena barang pokok itu harus sampai di sana, jangan sampai mahal.
Dengan adanya tol laut harga punya swasta turun, selama ini tidak
natural, itu yang jadi permasalahan. Sekarang semua swasta minta punya
jatah untuk itu. Yang memulai ini yang berat. Semuanya ini kita
mati-matian bantu pemerintah, bisa membantu barang-barang itu bisa
sampai ke daerah timur," ungkapnya. BEST PROFIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar