Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berharap bisa menangkal setiap
tindakan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) terhadap
kebijakan pemerintahannya. Hal ini diungkapkan Netanyahu menjelang
digelarnya konferensi di Paris, Prancis untuk membahas perdamaian Timur
Tengah, akhir bulan ini.
Pada 23 Desember 2016, Dewan Keamanan
PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan Israel untuk menghentikan
pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Dalam
voting DK PBB, resolusi itu disetujui 14 negara anggota DK PBB sedangkan
Amerika Serikat memilih untuk abstain.
Keputusan AS yang
merupakan sekutu Israel, untuk abstain dalam voting DK PBB tersebut,
membuat Netanyahu merasa dikhianati. Dia bahkan menuding Presiden AS
Barack Obama sengaja berkonspirasi untuk meloloskan resolusi PBB itu,
dengan tidak menggunakan hak veto saat voting. Usai diadopsinya resolusi
DK PBB tersebut, Netanyahu menyatakan Israel akan mengkaji ulang
hubungannya dengan PBB.
Seperti dilansir Reuters,
Rabu (4/1/2017), otoritas Prancis akan menjadi tuan rumah bagi 70
negara pada 15 Januari mendatang, dalam pertemuan yang bertujuan
membahas proses perdamaian Israel-Palestina. Konferensi itu ditolak oleh
Netanyahu sejak awal dan disebutnya sebagai 'sia-sia'.
"Ada
pertanda bahwa mereka akan berusaha mengarahkan keputusan yang
dihasilkan di sana menjadi keputusan berikutnya dalam Dewan Keamanan
(PBB)," sebut Netanyahu dalam pertemuan dengan para duta besar Israel di
Yerusalem.
"Oleh karena itu, upaya utama kami untuk saat ini
adalah mencegah keputusan PBB lainnya, keputusan lain oleh Dewan
Keamanan. Dan juga mencegah keputusan oleh kelompok Kuartet," imbuhnya
merujuk pada sebutan untuk Amerika Serikat, Rusia, PBB dan Uni Eropa.
"Kita menginvestasikan upaya diplomatik yang besar pada hal ini," ucap Netanyahu, tanpa menjelaskan lebih lanjut. BESTPROFIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar